Bila prediksi itu jadi nyata, maka perlambatan akan terlihat cukup dalam karena pada kuartal 1-2024 lalu ekonomi RI mampu tumbuh 5,11% berkat faktor musiman Ramadan dan Lebaran.
Tahun 2025, awal bulan Ramadan juga sudah jatuh pada akhir Februari dan Idulfitri akan datang pada akhir Maret. Itu mencerminkan dampak faktor musiman festive seasons seharusnya bisa tecermin pada capaian kuartal 1-2025.
Sementara ramalan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2025, angkanya diperkirakan hanya 5% yoy, lebih rendah ketimbang prediksi hasil survei sebelumnya 5,05% yoy.
Berikutnya, pada kuartal III-2025 dan kuartal IV-2025, laju Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia diprediksi masing-masing tumbuh 5% yoy.
Risiko Resesi
Yang menarik dicermati, kendati secara umum perekonomian RI tahun depan dibayangi laju yang melambat, untuk kali pertama dalam beberapa bulan terakhir potensi terjadinya resesi di Indonesia dalam 12 bulan ke depan, turun probabilitasnya.
Bulan lalu, para ekonomi memperkirakan kemungkinannya mencapai 10%. Namun, hasil survei terbaru bulan Desember, probabilitas resesi Indonesia dalam 12 bulan ke depan mengecil jadi 5% berdasarkan pada prediksi enam responden survei.
Lalu bagaimana dengan nasib rupiah?
Senior Economist S&P Global Market Intelligence Ahmad Mobeen mengatakan, rupiah pada akhir 2025 diperkirakan akan lebih lemah ketimbang prediksi sebelumnya. "Lebih jauh lagi, kemungkinan kenaikan tarif global juga mengurangi potensi penurunan BI rate sebesar 25 basis poin pada tahun depan," kata dia, dilansir dari Bloomberg News.
Pada 2025, menurut analisis tim Bloomberg Intelligence Stephen Chiu dan Chunyu Zhang, mata uang Asia kebanyakan akan jatuh melemah tertekan oleh dolar AS, terutama disetir oleh perang dagang yang digelorakan oleh Donald Trump yang terpilih lagi jadi Presiden AS ke-47.
Rupiah memiliki level psikologis Rp16.500/US$ yang pernah tertembus pada saat pandemi Covid-19, tepatnya di Rp16.575/US$. Level itu akan menjadi titik krusial yang menentukan, menurut Bloomberg Intelligence.
(rui/aji)