Logo Bloomberg Technoz

“Kami telah mempersiapkan strategi yang matang dan terencana dengan baik untuk memastikan keberlanjutan operasional kami di tengah berbagai dinamika global,” tegas Kartika.

Dilaporkan Bloomberg sebelumnya, smelter tembaga di China dan banyak negara lainnya terus memperingatkan adanya ancaman penyetopan operasi, atau bahkan gulung tikar, jika biaya atau fee untuk pemrosesan logam industri tersebut terus turun terlalu tajam.

Krisis smelter katoda tembaga akibat anjloknya fee pemrosesan dipicu oleh terlalu banyaknya investasi smelter baru di China dan berbagai negara lain, yang membuat pabrik-pabrik pengolahan tembaga di dunia bersaing ketat dalam menemukan bijih yang cukup untuk mengisi tungku mereka.

Hal itu berarti penambang dapat memperoleh persyaratan pasokan konsentrat yang makin menarik. Di sisi lain, produksi bijih tembaga dunia tengah seret akibat masalah penutupan beberapa tambang di sejumlah negara.

Eksekutif senior industri pertambangan dan smelter yang menghadiri London Metal Exchange (LME) Week tahunan pada Oktober mengatakan kemungkinan biaya pemrosesan akan turun ke tingkat di mana pengusaha smelter akan kesulitan untuk menghasilkan laba.

Gelombang penutupan pabrik peleburan atau smelter dapat mengubah peta pasokan tembaga olahan global di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang dominasi China atas mineral-mineral penting.

Fee perusahaan smelter untuk pemrosesan tembaga terus turun./dok. Bloomberg

Untuk diketahui, perusahaan smelter biasanya memperoleh sebagian besar keuntungan mereka dari biaya atau fee pemrosesan yang dipotong dari biaya konsentrat, bijih yang sebagian diproses yang mereka beli dari para penambang.

Industri menyetujui patokan untuk biaya perawatan dan pemurnian (TC/RC) pada kuartal keempat setiap tahun. Biaya tersebut digunakan sebagai referensi untuk kontrak pasokan jangka panjang, sementara penjualan ad hoc lainnya sepanjang tahun diberi harga berdasarkan kondisi pada saat itu.

Peningkatan tekanan pada pasokan bijih tembaga telah menyebabkan kesenjangan yang lebar antara patokan tahun lalu — yang ditetapkan sebesar US$80 per ton bijih dan 8 sen per pon logam yang terkandung — dan ketentuan yang disetujui dalam transaksi spot.

Situasinya telah berkembang sedemikian parah, sehingga biayanya berubah menjadi negatif; pedagang dan pengusaha smelter telah membayar lebih banyak untuk bijih tembaga daripada tembaga yang terkandung di dalamnya yang akan diperoleh setelah diproses, situasi yang sangat tidak biasa.

Dalam jajak pendapat yang melibatkan lebih dari dua lusin penambang, pedagang, dan pelaku industri smelter; responden yang memberikan perkiraan mengatakan bahwa patokan tersebut kemungkinan akan disepakati antara US$20 dan US$40 per ton dan 2 sen hingga 4 sen per pon.

-- Dengan asistensi Mis Fransiska Dewi

(wdh)

No more pages