Dalam seminggu terakhir, harga emas mencatatkan penurunan 1,35% secara point-to-point.
Tren negatif harga emas tidak lepas dari keperkasaan nilai tukar mata uang dolar Amerika Serikat (AS). Kemarin, Dollar Index (DXY) menguat 0,27% ke 108,077.
Pekan lalu, indeks ini sempat menyentuh 108,41. Tertinggi dalam 2 tahun terakhir.
Emas adalah aset yang dibanderol dalam dolar AS. Saat mata uang Negeri Paman Sam menguat, maka emas jadi lebih mahal bagi investor yang memegang mata uang lain.
Dolar AS menguat karena pasar memperkirakan pelonggaran moneter oleh bank sentral Federal Reserve mungkin tidak akan terlalu agresif pada 2025. Tahun ini. Gubernur Jerome ‘Jay’ Powell dan kolega menurunkan suku bunga acuan 100 basis poin (bps).
Namun tahun depan, mungkin akan lebih sedikit dari itu. Berdasarkan dot plot terbaru, sepertinya pemangkasan Federal Funds Rate tahun depan hanya kan 50 bps, yang dibagi menjadi 2 kali pemangkasan.
Akibat ekspektasi ini, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS melejit. Saat harus melawan instrumen yang memberikan imbal hasil, non-yielding asset seperti emas jadi kalah pamor. Jadi tidak heran emas mengalami tekanan jual.
(aji)