Meskipun populasi Denmark tidak memiliki keragaman sebanyak AS dan genetika berperan dalam risiko skizofrenia, temuan ini harus menjadi perhatian orang-orang dari semua latar belakang etnis, kata Volkow dalam sebuah wawancara.
“Buktinya cukup kuat untuk mendorong kehati-hatian,” kata Volkow, terutama bagi mereka yang memiliki riwayat keluarga skizofrenia atau gejala awal gangguan mental.
Gejala penyakit skizofrenia, ditandai dengan hilangnya kontak dengan realitas dan gejala seperti delusi dan mendengar suara. Penyakit ini masih sulit untuk diobati. Pada 2019, AS menanggung beban ekonomi hingga US$343,2 miliar untuk menangani skizofrenia, jumlah ini melonjak lebih dari dua kali lipat dari tahun 2013, menurut sebuah studi di Perjalanan Klinis Psikiatri.
Studi ini adalah yang pertama menunjukkan hubungan antara gangguan penggunaan kanabis dan skizofrenia dalam sebuah populasi besar.
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan hubungan antara penggunaan ganja dengan senyawa psikoaktif THC tingkat tinggi dan psikosis, hilangnya kontak dengan kenyataan yang merupakan gejala utama skizofrenia. Penggunaan ganja yang sering pada usia lebih dini juga dipercaya dapat meningkatkan risiko skizofrenia.
Meskipun ganja bukan satu-satunya penyebab skizofrenia di Denmark, namun studi itu menemukan bahwa tanaman tersebut berkontribusi cukup besar terhadap jumlah pengidap penyakit tersebut di negara itu.
Ada perbedaan yang signifikan antara perempuan dan laki-laki; pada kelompok usia 16-49 tahun, penelitian tersebut memperkirakan bahwa 15% kasus skizofrenia pada pria dapat dicegah jika mereka menghindari penyalahgunaan kanabis, tetapi hanya 4% kasus yang akan berdampak pada wanita.
Temuan itu muncul di tengah berkembangnya industri ganja di AS guna memenuhi permintaan konsumen. Beberapa negara bagian AS dan Jerman baru-baru ini mempertimbangkan apakah akan membatasi potensi ganja.
Selama ini ganja secara luas dianggap tidak membuat ketagihan dan dipandang bermanfaat untuk beberapa masalah kesehatan mental.
Tetapi penelitian terbaru menunjukkan bahwa tingkat kecanduan ganja pada remaja hampir sama dengan tingkat kecanduan opioid, penggunaan obat dalam kehamilan, dan peningkatan risiko penyakit jantung. Beberapa perusahaan melihat peluang untuk mengobati gangguan penggunaan ganja.
(bbn)