Pihak Galeri Nasional menerapkan penawaran penundaan tersebut mengingat Galnas ialah lembaga publik yang sekaligus merupakan tempat mengedukasi masyarakat.
"Kami menempatkan bahwa lembaga ini adalah lembaga publik yang juga mengedukasi,"imbuhnya.
Seperti diketahui seharusnya pameran tersebut telah dibuka secara umum pada tanggal 19 Desember 2024 hingga 19 Januari 2025.
Dalam konferensi pers di Gedung YLBHI, Jakarta, Yos pun mengungkapkan pameran yang bertajuk "Kebangkitan: Tanah untuk Kedaulatan Pangan" ini dengan tiba-tiba dilakukan penundaan, padahal persiapan telah memakan waktu setahun, 2023.
"Kesepakatan pameran ini sebetulnya sudah jauh-jauh hari dan sebetulnya formal Kesepakatan ini terjadi pada bulan Juni tahun 2023," ujar Yos dalam YouTube LBH Jakarta, Minggu (22/12/2024).
Kala itu pada tahun 2023, Yos diminta agar bisa menampilkan karya di Galeri Nasional Indonesia pada waktu awal 2024. Tanpa alasan jelas, permintaan tersebut selalu saja diundur.
"Karena saya tinggal di Jogja, saya tidak tahu perkembangan politik di Jakarta seperti apa. Dan saya hanya manut saja," katanya.
Setelah itu, awal Desember 2024, Yos diminta kembali memamerkan karya pada 3 Desember 2024, di ruang pameran Gedung A Galeri Nasional Indonesia.
Namun, ternyata kembali diminta untuk diundur mendadak lagi karena alasannya ada pameran Basuki Abdullah Award. "Jadi harusnya jadwal saya itu digeser menjadi tanggal 19 Desember 2024 oleh Galeri Nasional,"ungkap Yos.
Usai pameran Basuki Abdullah selesai di 12 Desember 2024. Yos mulai memasukkan dan membangun instalasi seni pada tanggal 13 Desember 2024.
Selang antara tiga atau empat hari kemudian, pada tanggal 17 Desember 2024, kurator yang ditunjuk oleh Galeri Nasional, Suwarno Wisetrotomo meminta agar dua lukisan karya Yos disensor, karena terlalu vulgar.
Kedua lukisan ini, salah satunya berjudul Konoha 1, menggambarkan seorang raja yang sekolah sedang menginjak rakyatnya. Sedangkan lukisan lainnya, berjudul Konoha 2 mempertontokan beberapa figur dengan manusia telanjang.
(dec/spt)