“Kami melihat pasar tenaga kerja yang paling ketat dalam hidup kami,” kata Duncan Brown, peneliti di Institute for Employment Studies. “Dengan situasi seperti ini, tidak mempertahankan karyawan perempuan yang keluar saat melahirkan dan tidak meningkatkan keterampilan dan kualifikasi mereka setelah memiliki anak merupakan suatu strategi yang tidak cerdas."
Saat ini terdapat kurang dari 173.000 orang di usia kerja yang masuk dalam angkatan kerja dibandingkan sebelum pandemi, menjadikan Inggris satu-satunya ekonomi Kelompok Tujuh yang belum pulih ke level sebelum Covid. Upaya untuk mengotak-atik syarat dan ketentuan bagi mereka yang hendak mendaftar kerja ternyata tak kunjung membuahkan hasil.
Pasca pandemi, para pekerja saat ini cenderung selektif dalam memilih pekerjaan dan atasan mereka menurut Mairéad Nayager, kepala sumber daya manusia di Haleon. Sebagi ibu dari dua orang anak yang masih di bawah lima tahun, secara pribadi ia mengaku menikmati benefit inklusif yang ditawarkan dari kantornya.
“Kami melihat kebijakan yang ditujukan untuk mendukung perempuan memainkan peran penting dalam membantu kami menarik dan mempertahankan bakat, yang merupakan kunci untuk mempertahankan daya saing,” katanya.
(bbn)