Kemudian, ada 22 kreditur separatis. Kreditur ini memberikan pinjaman dengan jaminan tertentu.
Meski jumlahnya lebih sedikit, namun nilai tagihannya mencapai Rp7,2 triliun.
Terakhir, kreditur konkuren. Kreditur jenis ini tidak memiliki jaminan berarti atas aset debitur, namun tetap memiliki hak untuk menagih utang.
Tagihan kreditur konkuren mencapai Rp24,74 triliun yang berasal dari 223 pihak.
Sehingga, total tagihan sementara Grup Sritex kepada tiga jenis kreditur itu mencapai Rp32,63 triliun.
PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) memiliki klaim tagihan paling besar di antara kreditur konkuren. Nilainya mencapai Rp2,99 triliun.
Sebelumnya, Pengadilan Niaga Semarang menolak permohonan kasasi Sritex dan tiga entitas usahanya, yakni PT Bitratex Industries, PT Primayudha Mandirijaya dan PT Sinar Pantja Djaja, dengan nomor putusan perkara No. 2/Pdt.Sus-Homologasi/2024/PN Niaga Smg.
PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) ada di urutan terbesar kedua kreditur konkuren. Klaim tagihannya kepada Sritex mencapai Rp1,41 triliun. BCA juga menjadi kreditur separatis dengan klaim tagihan Rp24,51 miliar.
Respons BNI (BBNI)
PT Bank Negara Indonesia Tbk (Persero) atau BNI sebagai salah satu kreditur PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) mendapatkan dukungan pemerintah untuk berkoordinasi dengan para kreditur guna memastikan keberlangsungan usaha Sritex.
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan, perseroan akan berdiskusi lebih lanjut dengan Pemerintah dan kreditur Sritex lainnya menyusul ditolaknya Kasasi Pailit Sritex oleh Mahkamah Agung.
“Kami akan terus berkoordinasi dengan pihak terkait, termasuk pemerintah, manajemen Sritex, dan lembaga lainnya untuk merumuskan langkah-langkah strategis dalam mengkaji going concern Sritex,” kata Royke dalam siaran pers, Jumat (20/12/2024).
BNI berupaya mencari solusi terbaik yang dapat menyeimbangkan kepentingan semua pihak, termasuk kreditur lainnya, pemegang saham, karyawan, dan masyarakat luas.
”Kami memahami bahwa Sritex adalah salah satu perusahaan tekstil terbesar di Indonesia yang telah memberikan kontribusi signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi,” ungkap Royke.
Royke berharap melalui kerja sama yang baik antar semua pihak akan dapat mendukung keberlanjutan usaha Sritex termasuk industri tekstil pada umumnya. BNI juga sudah membentuk level pencadangan yang cukup untuk mengantisipasi risiko kredit Sritex.
(red)