Ia menambahkan bahwa banyak startup bukan berfokus bagaimana membangun bisnis berkelanjutan, melainkan meledakkan valuasi dengan cara membesar-besarkan potensi pasar.
"Hal ini menciptakan sebuah dunia di mana orang harus berbohong dan menipu agar bisa menyesuaikan diri," papar dia.
Martyn juga menyebut bahwa suku bunga rendah selama bertahun-tahun hanya memperparah situasi ini, sehingga memungkinkan startup untuk menutupi kelemahan fundamental mereka.
Namun, pada akhirnya realitas mulai terkuak ketika suku bunga meningkat, mengakibatkan "bubble" startup mulai meledak.
"Tragisnya, perusahaan yang benar-benar memiliki bisnis nyata kesulitan mengumpulkan dana karena mereka tidak berbohong atau tidak memiliki koneksi ke alumni Ivy League di venture capital," kritiknya.
Kasus seperti ini sangat merusak citra Indonesia sebagai tujuan investasi menarik.
"Dan sayangnya ini bukanlah perusahaan pertama yang gagal IPO dan tidak akan menjadi yang terakhir."
Selain itu, Martyn juga mempertanyakan fenomena "daur ulang" dalam ekosistem startup dalam unggahan di media sosial LinkedIn. Di mana individu yang terlibat dalam kegagalan startup sering kali kembali sebagai penasihat atau mentor, tanpa benar-benar bertanggung jawab atas kerugian yang terjadi.
"Kenyataannya adalah, pasar membutuhkan pikiran yang jernih dan segar tanpa hubungan dengan masa lalu, yang sangat berantakan, yang baru saja mulai kita lihat."
Untuk diketahui dalam kasus terbaru startup, startup bidang akuakultur eFishery mengganti pucuk pimpinannya, Gibran Huzaifah, CEO dan pendiri perusahaan. DealStreetAsia pertama kali melaporkan kabar pencopotan jabatan Gibran, yang kemudian dikonfirmasi oleh eFishery.
Permintaan mundur dilakukan oleh investor kepada manajemen dengan dugaan tindak penyelewengan dana, juga laporan kinerja dan pendapatan keuangan perusahaan. Gibran tidak sendiri dalam keputusan pembebastugasan sementara. Ada Chrisna Aditya yang terakhir menduduki Chief Product Officer (CPO).
Meski begitu perusahaan tidak mengonfirmasi alasan pemberhentian sementara Gibran dan Aditya, dan hanya menyampaikan dua posisi yang kosong sementara diisi Adhy Wibisono, sebagai Interim CEO, dan Albertus Sasmitra, sebagai Interim CFO.
"Keputusan diambil bersama shareholder perusahaan, sebagai wujud komitmen untuk meningkatkan tata kelola perusahaan yang baik," tulis perusahaan. "Kami memahami keseriusan isu yang sedang beredar saat ini dan kami menanggapinya dengan perhatian penuh. Kami berkomitmen untuk menjaga standar tertinggi dalam tata kelola perusahaan dan etika dalam operasional perusahaan."
eFishery menutup rapat jalur komunikasi pasca pengumuman ini. Saat ditanyakan dasar keputusan didepaknya Gibran dan Aditya, termasuk strategi bisnis eFishery sepeninggal para pendiri, perusahaan menolak menanggapi. Setiap pernyataan resmi perusahaan akan disampaikan oleh Coms external.
(wep)