Sedangkan untuk tenor lebih pendek, diberikan bunga diskonto masing-masing 7,16% untuk SRBI-6 bulan dan 7,20% untuk SRBI-9 bulan.
Total penerbitan SRBI dari lelang ini mencapai Rp10 triliun, jauh lebih kecil dibanding lelang sebelumnya sebesar Rp20 triliun.
Hasil lelang SRBI hari ini makin menunjukkan kempisnya minat investor terhadap instrumen yang menjadi andalan BI dalam menstabilkan rupiah setahun terakhir.
Sampai data 16 Desember lalu, BI sudah menerbitkan SRBI, Sekuritas Valas (SVBI) dan Sukuk Valas (SUVBI), masing-masing tercatat sebesar Rp946,7 triliun, lalu US$2,08 miliar dan US$386 juta.
Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan, penerbitan SRBI telah mendukung upaya peningkatan aliran masuk portofolio asing ke dalam negeri dan penguatan nilai rupiah. Hanya saja, terlihat bila kepemilikan asing di SRBI terus merosot.
"Kepemilikan [investor] nonresiden SRBI tercatat Rp233,85 triliun atau 24,86% dari total outstanding," kata Perry.
Angka itu jauh menurun dibanding data yang dilansir sebulan sebelumnya. Pada 18 November lalu, Perry mengungkapkan posisi SRBI oleh asing mencapai Rp250,18 triliun.
Artinya, dalam hampir satu bulan, kepemilikan asing di SRBI melorot Rp16,33 triliun. Porsi kepemilikan pun akhirnya ikut turun yaitu dari sebesar 25,82% menjadi tinggal 24,86%.
Sedangkan bila menghitung selama kuartal IV-2024 sampai data terakhir dilansir, asing membukukan outflow dari SRBI sebesar US$1,3 miliar atau sekitar Rp20,86 triliun quarter-to-date.
Perry bilang, implementasi primary dealer utama sejak Mei lalu semakin meningkatkan transaksi SRBI di pasar sekunder dan transaksi repo antar pelaku pasar.
"Ke depan BI optimalkan instrumen pro market dari sisi volume daya tarik imbal hasil guna meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan moneter mempercepat pendalaman pasar uang dan pasar valas mendorong aliran masuk portofolio asing," kata Perry.
(rui/aji)