Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengakui pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS turut berdampak pada sektor migas.
Bahlil menyebut sektor ESDM yang membutuhkan dolar paling banyak adalah PT Pertamina (Persero) karena mengimpor bahan bakar minyak (BBM) termasuk gas minyak cair atau liquified petroleum gas (LPG).
“Satu tahun itu membutuhkan uang sekitar Rp500 triliun sampai Rp550 triliun devisa kita keluar dan itu pasti kita tukar dengan dolar,” tutur Bahlil seusai konferensi pers di kantor BPH Migas, Kamis (19/12/2024).
Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat per November 2024 nilai impor migas turun menjadi US$1,09 miliar atau 29,88%. Penurunan impor migas disebabkan oleh berkurangnya impor minyak mentah US$720,9 juta atau setara 59,38% dan hasil minyak US$374,7 juta atau 15,28%.
Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, nilai impor migas Januari–November 2024 mengalami peningkatan US$520,1 juta atau 1,60%. Peningkatan nilai impor migas dipicu oleh bertambahnya impor hasil minyak US$1,29 miliar atau 5,84% walaupun impor minyak mentah turun US$778 ribu atau 7,60%.
(mfd/lav)