Logo Bloomberg Technoz

Dengan demikian, koneksi internet yang lambat dan tidak stabil membuat pelaku UMKM di daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) sulit memanfaatkan layanan keuangan digital.  

Pada kesempatan yang sama, Aries Setiadi, Direktur Eksekutif Asosiasi Fintech Indonesia atau AFTECH, menambahkan bahwa gangguan koneksi memang sering kali membuat masyarakat enggan menggunakan layanan digital. 

Oleh sebab itu, beberapa perusahaan fintech dan dompet digital kini mulai menyederhanakan aplikasi mereka agar lebih kompatibel dengan infrastruktur sederhana dan perangkat telepon genggam masyarakat. 

Langkah ini diharapkan dapat memperluas adopsi layanan digital meskipun akses internet masih terbatas, terlebih bagi masyarakat wilayah Timur.

Skor kecepatan internet provider ISP, Biznett dan XL bersaing

"Jadi, kalau dulu pakai super apps berat-berat kadang mereka harus sistemnya uninstall dulu, baru install lagi gitu. Apalagi ketika jaman anak-anaknya masih harus sekolah online itu pasti rebutan. Nah, solusi dari industri adalah menyederhanakan aplikasi. Jadi harapannya itu bisa juga tetap dengan akses terbatas, infrastruktur yang lebih sederhana bisa digunakan," ucap dia.

Di sisi lain, Asisten Deputi Pembiayaan dan Investasi Kementerian UMKM Ali Manshur menyoroti pentingnya solusi berbasis teknologi seperti Innovative Credit Scoring guna meningkatkan akses pembiayaan bagi UMKM di wilayah terpencil. 

Pemerintah juga mendorong model pembiayaan berbasis Purchase Order (PO) untuk mengurangi risiko dan memperluas inklusi keuangan.  

"Nah untuk menurunkan risiko, kita coba coba optimalkan sebuah model pembiayaan rantai pasok yang nanti mungkin dari segi penyedia pembiayaannya akan memiliki risiko yang rendah, yaitu yang mendasarkan pada PO dan invoice. Itu yang coba kita dorong," terangnya. 

"Mengenai ICS, Innovative Credit Scoring, itu juga bagian dari bagaimana kaitannya dengan menurunkan risiko yang ditanggung oleh pemberi pembiayaan itu lebih rendah lagi dengan bisa melihat data-data transaksi aktivitas dari UKM-nya selaku yang membutuhkan kredit."

(wep)

No more pages