Rupiah Terpuruk, Pengusaha Tambang Wanti-wanti Soal Ini
Mis Fransiska Dewi
20 December 2024 11:00
Bloomberg Technoz, Jakarta - Tekanan terhadap nilai tukar rupiah membuat pelaku usaha mulai menghitung ulang potensi kenaikkan biaya produksi. Nyaris semua sektor mengalami situasi yang sama, termasuk sektor pertambangan, dimana komoditas yang diekspor dilepas dalam mata uang dolar Amerika Serikat (AS).
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Indonesia/Indonesian Mining Association (IMA) Hendra Sinadia mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berdampak pada perusahaan pertambangan.
“Dampak negatifnya membuat biaya operasional yang setiap tahunnya itu [sudah] meningkat akan lebih meningkat lagi. Sebagian besar komponen alat berat itu masih impor, kemudian biaya kontraktor sebagian besar dalam USD dan komponen biaya lainnya,” kata Hendra saat dihubungi, (20/12/2024).
Untuk mengantisipasi hal itu, perusahaan akan memaksimalkan produksi sesuai dengan rencana atau target dalam rencana kerja dan anggaran biaya (RKAB) dan akan melakukan efisiensi. Seperti efisiensi operasional penambangan, penggunaan alat, efisiensi dalam waktu kerja, cost efisiensi, dan lainnya.
Sekadar catatan, kemarin rupiah akhirnya tembus ke level Rp16.300/US$, terlemah sejak akhir Juli lalu, diterjang arus jual pemodal yang masif sepanjang hari ini.