Negara-negara tetangga, Singapura dan Thailand, justru menunjukkan investasi yang lebih stabil dibanding negara-negara Asia Tenggara lainnya.
Tantangan selanjutnya, yakni Sumber Daya Manusia (SDM) dan hadirnya teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Nailul menyoroti bahwa skor SDM dan AI di beberapa negara seperti Malaysia, China, dan India cenderung stabil di angka 0,60–0,70, yang mana hal ini menunjukkan tingkat konsistensi dalam pengembangan kualitas SDM.
"Mengapa sih Apple itu tidak mau berinvestasi di Indonesia? Karena mereka tahu bahwa kondisi persepsi digital [kita] itu masih termasuk sangat rendah," jelasnya.
Sebagai catatan, Human Computer Index (HCI) Indonesia memiliki nilai lebih rendah dibandingkan negara tetangga seperti Vietnam dan Malaysia. Meski mengalami peningkatan secara bertahap. tetapi Indonesia masih tertinggal.
- Tahun 2022 di angka 56,74
- Tahun 2023 di angka 60,36
Bandingkan dengan nilai HCI Singapura di angka 99,48 pada tahun 2022 dan 97,4 di tahun 2023.
Adapun tantangan terakhir yakni literasi finansial digital dan keamanan transaksi.
Indonesia lagi-lagi masih kalah dengan negara tetangga di mana secara skor financial knowledge, hanya di angka 9. Jauh dari Malaysia di skor 54, Singapura 94. Pada financial behavior Indonesia berada di 74.
Meskipun ekonomi digital diprediksi terus bertumbuh, tetapi faktor pendorong seperti penetrasi internet dan penggunaan ponsel telah mendekati titik jenuh.
Penetrasi internet kini mencapai 79%, sementara pengguna ponsel di Indonesia mencapai lebih dari 200 juta.
Pengeluaran untuk konsumsi internet juga meningkat tajam, dari Rp84,3 triliun (2018) menjadi Rp146,2 triliun (2023).
Prediksi Celios bahwa tahun depan total transaksi digital Indonesia bisa mencapai hampir Rp3.000 triliun dengan perdagangan online sentuh Rp471 triliun.
"Kalau kita lihat di pembayaran digital, untuk tahun 2024 kita prediksikan untuk mencapai Rp2.491,68 triliun dan tahun depan itu mencapai hampir Rp3.000, tepatnya di Rp2.906 triliun," pungkas dia.
(wep)