Jutaan warga Israel terpaksa berlindung di tempat penampungan darurat saat sirene peringatan udara berbunyi di berbagai wilayah negara tersebut.
Seorang juru bicara militer Israel mengatakan bahwa jet-jet tempur sudah dalam perjalanan menuju Yaman ketika Houthi meluncurkan rudal mereka. Menurutnya, operasi ini telah direncanakan sebelumnya, mengingat jarak Yaman yang mencapai 1.700 kilometer dari Israel.
Houthi secara rutin meluncurkan drone dan rudal ke Israel, dengan alasan bahwa serangan mereka akan terus berlanjut hingga tercapai gencatan senjata dengan Hamas di Gaza. Sebagian besar proyektil ini berhasil dicegat sebelum mencapai wilayah Israel, tetapi serangan drone Houthi pada Juli lalu menewaskan satu orang di Tel Aviv.
Israel merespons serangan itu dengan meluncurkan serangan pertama terhadap target Houthi, yang kemudian diikuti oleh serangan lainnya pada September. Misi terbaru ini menandai pertama kalinya Israel menyerang ibu kota Yaman, Sana’a.
Dalam dua pekan terakhir, serangan drone Houthi menghantam sebuah apartemen di Israel selatan, sementara pada Minggu lalu, sebuah rudal jarak jauh ditembakkan ke pusat negara tersebut.
Kelompok Houthi terus melancarkan serangan terhadap Israel dan kapal-kapal di Laut Merah meskipun menghadapi serangan udara dari Israel, Amerika Serikat, dan Inggris. Serangan maritim ini secara efektif telah menutup wilayah selatan Laut Merah dan sebagian Teluk Aden bagi sebagian besar perusahaan pengiriman barat, sehingga mendorong kenaikan harga angkutan global.
Kelompok Houthi menguasai Sana’a dan wilayah strategis lainnya, termasuk pelabuhan Hodeida, setelah perang saudara Yaman dimulai pada 2014. Didanai dan dibimbing oleh Iran, Houthi merupakan anggota penting dalam “poros perlawanan” Teheran melawan kepentingan Barat dan Israel.
(bbn)