Selain itu, Bahlil menuturkan pelemahan nilai tukar rupiah juga berimbas terhadap sektor pertambangan karena alat pendukungnya seperti suku cadang diimpor dari luar negeri.
“Akan tetapi, kita lihat mudah-mudahan mampu di-manage [kelola] dengan baik oleh pelaku usaha. Nah, sekarang tugas kita itu adalah bagaimana mengurangi impor agar kemudian kebutuhan kita terhadap dolar tidak terlalu banyak,” jelas Bahlil.
“Naik atau turunnya sebuah nilai mata uang itu kan tergantung hukum permintaan sebenarnya.”
Mengacu data realtime Bloomberg, rupiah dibuka anjlok 0,76% ke level Rp16.213/US$ di pasar spot hari ini. Selanjutnya, rupiah makin melemah ke Rp16.225/US$.
Tinggal sejengkal lagi rupiah berpotensi menembus Rp16.300/US$ yang menjadi level support terdekat. Saat ini rupiah jadi yang terlemah di Asia dengan depresiasi 1,22%.
Pada penutupan perdagangan sesi pertama Kamis siang ini, rupiah bertahan di Rp16.275/US$, sedangkan IHSG tergerus 1,63% ke level 6.991,84.
Adapun di pasar SBN, imbal hasil (yield) sudah melesat di hampir semua tenor. Yield SBN 5 tahun sudah menyentuh level tertinggi sejak Juni lalu di 7,04%. Sedangkan tenor 2Y ada di 7,01%.
Arus keluar modal (capital outflow) asing terlihat kian membesar setelah sampai data terakhir lalu. Menurut laporan BI terakhir, selama kuartal IV-2024 hingga data 16 Desember, dana keluar sudah mencapai US$2,4 miliar, terbanyak adalah dari pasar saham US$1,9 miliar dan dari Sekuritas Rupiah (SRBI) sebesar US$1,3 miliar.
Risiko berinvestasi di Indonesia makin meningkat hingga dana asing terus mengalir keluar dari pasar domestik.
(mfd/wdh)