Namun, satu kendala besar dalam rencana ini adalah Foxconn, yang secara terpisah dikabarkan telah mendekati Nissan untuk mengakuisisi saham.
Foxconn telah berinvestasi besar-besaran di pabrik-pabrik untuk membangun kendaraan listrik (electric vehicles/EV). Sementara Nissan, yang telah memangkas perkiraan pendapatannya dan memutus hubungan kerja (PHK) 9.000 pegawainya secara global, membutuhkan penyelamatan keuangan.
Menurut CNA, Jun Seki, kepala strategi divisi EV Hon Hai, memberi tahu Nissan tentang minat Foxconn untuk membeli sahamnya, tetapi Nissan tidak meresponsnya dengan cara yang baik. Akibatnya, Seki mulai melakukan pendekatan dengan pemegang saham Nissan sebesar 36%, yaitu Renault.
Seki dan timnya saat ini sedang melakukan pembicaraan dengan Renault di Prancis, menurut laporan itu. Saham Renault di Nissan merupakan sisa dari aliansi lama antara produsen mobil Prancis, Nissan, dan Mitsubishi Motors Corp.
Sementara itu, Honda mengancam akan mengakhiri kemitraan perangkat lunak strategisnya dengan Nissan jika mereka ingin bekerja sama dengan Foxconn, demikian kata Nikkei dalam laporan sebelumnya.
Jika pendekatan dari Foxconn berubah menjadi permusuhan setelah penolakan, Honda juga menawarkan untuk melindungi Nissan sebagai investor 'ksatria putih', kata Nikkei.
Pembicaraan resmi, termasuk mengenai kemungkinan merger, antara kedua perusahaan Jepang tersebut akan dimulai paling cepat pada 23 Desember, Nikkei menambahkan.
Saham Honda anjlok lebih dari 2,5% pada awal perdagangan Kamis (19/12/2024), sementara saham Nissan diperdagangkan turun 6,5% setelah melonjak 24% pada Rabu.
Menurut Wakil Presiden Eksekutif Shinji Aoyama, Honda tengah mempertimbangkan beberapa opsi, termasuk merger, penyertaan modal, dan bahkan pembentukan perusahaan induk. Aliansi ini mungkin juga melibatkan Mitsubishi Motors.
Perwakilan Honda dan Nissan hingga kini belum membalas pertanyaan wartawan mengenai tanggal dimulainya pembicaraan tersebut.
Merger merek-merek mobil Jepang ini akan menciptakan benteng pertahanan terhadap grup Toyota di dalam negeri dan memungkinkan Honda dan Nissan mengumpulkan sumber daya untuk bersaing dengan Tesla Inc dan produsen mobil China seperti BYD Co di pasar global.
"Konsolidasi produsen mobil besar merupakan hal yang wajar karena industri ini mengalami pergeseran ke arah kendaraan dengan teknologi canggih," kata CEO Subaru Corp, Atsushi Osaki, dalam wawancara di Tokyo pada Rabu. "Kita perlu bergandengan tangan untuk menghadapi tantangan yang terlalu sulit untuk diatasi sendirian."
Renault telah memberi sinyal bahwa mereka terbuka terhadap gagasan merger antara Honda dan Nissan, menurut orang-orang yang mengetahui situasi tersebut. Persetujuannya akan menjadi kunci bagi kesepakatan apa pun.
(bbn)