Dalam kesempatan yang sama, Myrdal juga berharap Bank Indonesia (BI) masih akan menjaga suku bunga acuan atau BI Rate di level 6% setidaknya hingga Februari 2025.
"Sementara untuk intervensi rupiah, kami berharap BI melakukan intervensi di pasar SUN (surat utang negara), terutama tenor menengah," ujar Myrdal.
Dia menjelaskan, penurunan suku bunga The Fed sebenarnya akan berdampak positif terhadap perekonomian Indonesia jika iklim suku bunga domestik juga ikut menurun. Akan tetapi, memang dampak proyeksi terbaru the Fed untuk suku bunga tahun depan yang lebih kecil dari 100 basispoin (bps) menjadi 50 bps, telah mendorong investor global mengambil momentum aksi jual aset pasar negara berkembang di periode akhir tahun.
Untuk pergerakan dana asing di pasar modal domestik, dia memperkirakan masih akan fluktuatif sepanjang Januari dan Februari 2025, saat kebijakan dari pemerintahan Donald Trump baru diimplementasikan.
"Untuk kondisi likuiditas perbankan masih so far so goods (sejauh ini membaik), apalagi juga dengan keputusan BI Rate yang tetap 6%, maka kondisi likuiditas dalam negeri akan terus terjaga seiring daya tarik investasi Indonesia yang masih menarik," kata dia.
(lav)