Prediksi terbaru ini mematahkan proyeksi sebelumnya yang memperkirakan permintaan batu bara sudah memuncak tahun lalu.
Organisasi yang berkantor pusat di Paris (Prancis) itu kini memperkirakan permintaan batu bara pada 2027 bisa mencapai 8,9 juta ton, sekitar 1% lebih tinggi dari tahun ini.
“Permodelan kami menunjukkan bahwa permintaan batu bara baru menurun setelah 2027, meski konsumsi listrik meningkat. Namun, faktor cuaca (terutama di China, konsumen batu bara terbesar dunia) akan berpengaruh besar terhadap permintaan batu bara dalam jangka pendek. Kecepatan pertumbuhan permintaan listrik juga akan sangat penting dalam jangka menengah,” papar Keisuke Sadamori, Direktur Pasar dan Ketahanan Energi IEA, dalam pernyataannya.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), batu bara masih sulit keluar dari zona bearish. Tercermin dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 14,59.
RSI di bawah 50 mengindikasikan suatu aset sedang berada di posisi bearish. Bahkan kalai angkanya di bawah 30, artinya tergolong jenuh jual (oversold).
Hawa oversold makin terasa dengan indikator Stochastic RSI yang sudah menyentuh angka 0. Paling rendah, sangat jenuh jual.
Dengan begitu, sebenarnya harga batu bara berpeluang mencetak technical rebound. Target resisten terdekat ada di rentang US$ 130-135/ton.
Target paling optimistis adalah US$ 141/ton.
Sedangkan target support ada di US$ 127/ton. Jika tertembus, maka US$ 125/ton bisa menjadi target berikutnya.
(aji)