Dini hari tadi, Gubernur The Fed Jerome Powell mengumumkan keputusan pemangkasan bunga acuan Fed fund rate (FFR) sebesar 25 bps menjadi 4,5%, sesuai ekspektasi pasar.
Namun, dalam paparannya, Powell juga memberi petunjuk bahwa The Fed kemungkinan hanya akan memangkas bunga acuan sebanyak dua kali tahun depan, masing-masing sebesar 25 bps. Dot plot terbaru menunjukkan, pengambil kebijakan di bank sentral paling berpengaruh di dunia itu memperkirakan FFR akan ada di kisaran 3,75%-4% sampai akhir 2025.
"Dengan tindakan hari ini, kami telah menurunkan suku bunga kebijakan kami sebesar satu poin persentase penuh dari puncaknya dan sikap kebijakan kami sekarang secara signifikan tidak terlalu ketat," kata Powell dalam taklimat media, Rabu siang waktu setempat. "Oleh karena itu, kami dapat lebih berhati-hati saat mempertimbangkan penyesuaian lebih lanjut terhadap suku bunga kebijakan kami."
Indeks S&P 500 ditutup anjlok 3%, membawanya mencetak kinerja terburuk pada 'The Fed's Day' sejak Maret 2020, ketika bank sentral melakukan pemotongan darurat pada akhir pekan sebagai respons terhadap pandemi Covid.
Terakhir kali S&P 500 mengalami kerugian sebesar itu pada hari keputusan Fed diumumkan adalah pada 17 September 2001, ketika itu indeks turun hampir 5%. Indeks turun 12% pada 16 Maret 2020, sehari setelah pertemuan darurat akhir pekan Federal Reserve selama pandemi.
Di Asia, pembukaan pasar valuta spot didominasi warna merah. Ringgit dibuka jatuh 0,90%, disusul won Korsel yang juga ambles 0,82%. Sedangkan dolar Hong Kong turun 0,02%. Namun, yen Jepang masih menguat 0,14%, dolar Singapura 0,09% dan yuan offshore juga masih naik sedikit 0,03%.
Pasar Treasury juga melanjutkan kejatuhan ketika sesi Asia dibuka pagi ini. Yield Treasury 10Y makin meningkat ke 4,51%. Sedangkan tenor 2Y sudah di 4,34%.
Secara teknikal, rupiah berpotensi terperosok menuju area level Rp16.150/US$ yang menjadi support terdekat usai break support psikologis. Target pelemahan selanjutnya akan tertahan di antara Rp16.200-Rp16.220/US$.
Apabila kembali break support tersebut, rupiah berpotensi makin ambles menuju Rp16.250/US$ sebagai support terkuat.
Adapun dalam tren jangka menengah (Mid-term), rupiah memiliki potensi pelemahan lebih jauh menuju Rp16.300/US$ usai breakout support terkuat nanti.
Sebaliknya bila nilai rupiah mengalami penguatan, resistance menarik dicermati pada level Rp16.050/US$ dan selanjutnya Rp16.000/US$ sebagai resistance potensial.
Capital outflow tak terhenti
Bank Indonesia melaporkan, selama kuartal IV-2024 hingga data 16 Desember, investor asing masih mencatat nett outflow sebesar US$2,4 miliar, sekitar Rp38,61 triliun.
Arus keluar modal asing terbesar adalah dari pasar saham. Nilainya mencapai US$1,9 miliar. Di instrumen Sekuritas Rupiah (SRBI) juga mencatat outflow dana asing mencapai US$1,3 miliar quarter-to-date.
Sementara arus modal asing di pasar Surat Berharga Negara (SBN) sampai data terakhir per 16 Desember, kembali positif, setelah pada bulan sebelumnya investor nonresiden membukukan net outflow.
Dalam taklimat media yang digelar Rabu siang, Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan, BI rate belum bisa diturunkan karena kebijakan moneter masih difokuskan untuk stabilisasi rupiah.
"Kami belum berani turunkan suku bunga BI Rate. Kami fokus rupiah, kondisi ketidakpastian pasar makin tinggi," kata Perry.
Faktor utama adalah prospek kebijakan bunga acuan Federal Reserve (The Fed), bank sentral AS, yang diperkirakan masih akan ketat. Hitungan BI, kemungkinan tahun depan Fed fund rate hanya akan turun dua kali saja masing-masing 25 bps.
"Tapi akan mundur. Semula kami perkirakan masing-masing [akan turun] pada Maret dan Mei 2025, kemudian itu mundur jadi Maret dan Juni 205," kata Perry.
-- update analisis teknikal rupiah dan data capital outflow
(rui)