Saat harga minyak nabati pesaing lebih murah, maka insentif untuk beralih ke CPO menjadi berkurang. Sebab, berbagai komoditas ini memang bisa saling menggantikan.
Selain itu, kabar dari Indonesia juga menjadi pemberat harga CPO. Mulai tahun depan, pemerintahan Presiden Prabowo Subianto menargetkan penerapan B40. Ini adalah campuran 40% bahan bakar nabati ke bahan bakar minyak.
“Rencana Indonesia untuk menerapkan B40 bisa menjadi faktor pendongkrak harga pada bulan-bulan mendatang. Namun pemerintah Indonesia belum menentukan kuotanya,” kata Pranav Bajoria, Direktur Comglobal Pte Ltd, sebagaimana diberitakan Bloomberg News.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), CPO masih terjebak di zona bearish. Terbukti dengan Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 41,9. RSI di bawah 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bearish.
Akan tetapi, indikator Stochastic RSI sudah menyentuh angka 0. Paling kecil, sudah sangat jenuh jual (oversold).
Oleh karena itu, sejatinya harga CPO berpeluang bangkit. Maklum, koreksinya sudah teramat dalam.
Target resisten ada di rentang MYR 4.755-4.905/ton. Namun kalau melemah lagi, target support harga CPO ada di kisaran MYR 4.333-4.170/ton.
(aji)