Namun, di balik manfaat yang ditawarkan, muncul isu besar yang tidak bisa diabaikan: dampak etis, ketidakakuratan, dan potensi ketergantungan yang berbahaya.
Ketidaksempurnaan AI dan Tantangan Etika
Ray Frederick Djajadinata dalam diskusi menegaskan bahwa AI saat ini masih dalam fase awal dan sering kali tidak memberikan jawaban akurat.
“Aku pikir menganggap AI sebagai tempat untuk semua jawaban, ketika sebenarnya ia belum bisa memberikan jawaban yang benar secara akurat, itu adalah sebuah bahaya besar.” terang Ray Frederick.
AI memang memiliki kemampuan prediksi probabilistik yang kuat. Namun, hal ini bergantung sepenuhnya pada kualitas data yang dimasukkan ke dalam sistem. Jika data mengandung bias, output yang dihasilkan akan mencerminkan bias tersebut.
AI: Solusi atau Beban Baru bagi Pekerja?
Dalam dunia kerja, AI memiliki potensi untuk menggantikan banyak pekerjaan yang bersifat repetitif dan manual. Teknologi ini dipandang sebagai solusi untuk meningkatkan produktivitas perusahaan.
Namun, Moshe Panjaitan menyoroti konsekuensi dari perkembangan ini, terutama bagi pekerja yang belum siap beradaptasi.
“Jadi pekerjaan monoton yang kita miliki saat ini, menurut saya akan tergantikan, cukup cepat dan cukup mudah” terang Moshe Panjaitan.
Muncul fenomena “disrupsi pekerjaan” di mana AI menggantikan peran manusia dalam berbagai sektor.
Dampaknya, akan ada ketimpangan keterampilan yang signifikan. Jika tidak diantisipasi, ini akan memicu peningkatan pengangguran dan krisis sosial.
Bisakah AI Menggantikan Kreativitas Manusia?
AI generatif membuka peluang luar biasa dalam bidang kreatif, dari seni visual hingga musik dan sastra. Namun, muncul perdebatan filosofis: Apakah karya yang dihasilkan AI benar-benar kreatif, atau sekadar hasil pengolahan data?
Dalam hal ini, kreativitas manusia memiliki elemen subjektif yang sulit direplikasi oleh AI: intuisi, emosi, dan pengalaman hidup. Karya seni AI sering kali dianggap “kosong” karena tidak memiliki jiwa atau makna mendalam.
Namun, Moshe menambahkan bahwa AI seharusnya dilihat sebagai alat pendukung dalam proses kreatif, bukan pengganti seniman. Dengan kolaborasi manusia dan teknologi, hasil yang lebih inovatif dapat tercipta.
“Jika kita berbicara tentang seni, saya pikir penghargaan manusia terhadap seni tidak hanya tentang estetika seni itu sendiri, tetapi juga komponen manusianya.” ujar Moshe.
Untuk mendalami lebih lanjut tentang bagaimana AI membentuk masa depan kita, simak diskusi lengkapnya di episode ketiga TechnoZone Podcast bertajuk “AI: Kekuatan Mengerikan atau Solusi?”. Jangan lewatkan wawasan berharga dari para ahli yang dapat membantu Anda memahami dan memanfaatkan AI secara optimal!
(pod)