Dalam tujuan pertama, proyek RDMP ini adalah meningkatkan kapasitas pengolahan kilang dari 260.000 barel per hari atau barrels of oil per day (BODP) menjadi 360.000 BOPD.
Kilang Balikpapan memiliki dua Unit Crude Distillation Unit (CDU IV dan CDU V). CDU IV di-revamp untuk meningkatkan kapasitas produksi dari 200.000 BOPD menjjadi 300.000 BOPD, sedangkan CDU V memiliki kapasitas 60.000 BOPD.
Selanjutnya, proyek RDMP itu juga bakal membangun Residual Fluid Catlytic Cracking (RFCC). Tujuan dari RFCC adalah mengolah residu menjadi Propylene dengan kapasitas 225.000 kiloton per annum (ktpa), yang akan dikirim ke Balongan.
Selain itu, Kilang Balikpapan juga bakal mampu memproduksi bahan bakar dengan standar Euro 5, yang jauh lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan produk sebelumnya yang hanya setara Euro II.
Pengembangan proyek ini juga melibatkan pembangunan infrastruktur penunjang, salah satunya adalah penyelesaian proyek pipa gas sepanjang 78 km dari Senipah ke Balikpapan, dengan kapasitas maksimal 125 juta standar kaki kubik per hari.
Bahlil Gemas
Pekan lalu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia kembali menyinggung kelanjutan proyek RDMP Balikpapan yang tak kunjung rampung dikerjakan oleh PT Pertamina (Persero) melalui PT Kilang Pertamina Internasional.
Dia bahkan mengajak Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Perkasa Roeslani untuk membentuk tim khusus (timsus) guna menyelidiki proyek tersebut.
"Kalau tidak salah, dahulu ini difasilitasi oleh Kementerian Investasi terhadap TKDN dan master list-nya. Jadi kalau boleh, bila perlu kita bentuk tim dari Kementerian Investasi, kami akan ikut bapak-bapak untuk kita periksa ini," kata Bahlil dalam Rapat Koordinasi Nasional Investasi 2024, Rabu (11/12/2024).
Menurut Bahlil, macetnya proyek tersebut menjadi salah satu penyebab impor minyak Indonesia yang makin tinggi.
"RDMP di Kalimantan Timur ini bagian tugas Pak Rosan dengan saya untuk kita mengecek. Begitu RDMP-nya tidak selesai-selesai, impornya ini naik terus," ungkap Bahlil.
Bahlil juga mencurigai ada permainan dari para importir minyak yang sengaja membuat beberapa bagian dari RDMP menjadi rusak dan menghambat jalannya proyek tersebut.
"Jadi kami akan ikut bapak-bapak untuk kita periksa ini, ini sengaja, apakah para importir yang sengaja membuat barang ini rusak supaya impor terus atau apa? Nah, ini problemnya," tutur dia.
Bukan kali pertama, Bahlil beberapa waktu lalu juga telah mempertanyakan insiden kebakaran yang terjadi di CDU IV Balikpapan pada Mei 2024.
Dalam sebuah diskusi, Bahlil bertanya penyebab peristiwa kebakaran kilang tersebut, bahkan mempertanyakan apakah peristiwa tersebut merupakan suatu hal yang disengaja.
Penyebabnya, Bahlil kesal lantaran megaproyek milik Pertamina dengan investasi US$7,4 miliar tersebut tak kunjung selesai, dari sejak dia masih menjabat sebagai Menteri BKPM.
“Kemarin saya diskusi sama Ibu Direktur Utama Pertamina, RDMP kita di Kalimantan, kenapa terbakar? Saya sempat tanya, ini terbakar beneran atau sengaja terbakar? Karena sejak saya masih di BKPM, sudah turun untuk tinjau proyek, sampai sekarang tidak selesai-selesai,” ujar Bahlil dalam agenda BNI Investor Daily Summit 2024, awal Oktober.
Bahlil mengatakan proyek RDMP Balikpapan yang belum selesai menyebabkan Indonesia harus menambah volume impor minyak.
(wdh)