Pada Senin (16/12/2024), Presiden Terpilih AS Donald Trump menyarankan agar Ukraina mencapai kesepakatan damai dan meremehkan nilai strategis wilayah yang diduduki pasukan Rusia. Hal ini menambah indikasi bahwa Trump mungkin mendorong penyelesaian yang mengakui keuntungan teritorial Rusia.
Keith Kellogg, utusan khusus Trump untuk Ukraina dan Rusia, berencana mengunjungi Kyiv bulan depan dan terbuka untuk pertemuan di Moskow jika diundang, sebagai bagian dari upaya pemerintahan mendatang untuk mengakhiri perang yang hampir berjalan tiga tahun tersebut.
Meski Rusia telah membuat kemajuan signifikan di Kursk, pejabat AS memperkirakan pasukan Ukraina mampu bertahan setidaknya selama beberapa bulan. Namun, mempertahankan posisi itu dalam jangka panjang diperkirakan akan menjadi tantangan berat.
Presiden Rusia Vladimir Putin telah mempererat hubungan dengan pemimpin Korut, Kim Jong Un, sejak memerintahkan invasi ke Ukraina pada Februari 2022. Pada Juni lalu, Putin bahkan mengunjungi Kim di Pyongyang.
Meskipun pasukan Korut yang dikerahkan berjumlah sekitar 12.000 orang dan tergolong pasukan operasi khusus, mereka belum pernah menghadapi pertempuran sebelum dikirim ke Rusia. Hal ini, menurut pejabat AS, dapat menjelaskan mengapa mereka menderita kerugian yang begitu besar.
Media resmi Korea Utara, yang biasanya menjadi saluran komunikasi mereka dengan dunia luar, belum memberikan komentar terkait laporan korban jiwa ini, bahkan tidak mengakui keberadaan pasukan mereka yang membantu Rusia.
Badan Intelijen Nasional Korea Selatan (NIS) sedang menyelidiki laporan mengenai kematian pasukan Korea Utara tersebut, lapor kantor berita Yonhap.
(bbn)