Logo Bloomberg Technoz

Putera Satria Sambijantoro, Ekonom Bahana Sekuritas, menilai nada (tonehawkish dari Gubernur Perry sudah nampak saat RDG November, sebulan lalu. Dalam kalimat pembuka konferensi pers kala itu, Perry menyebut risiko perekonomian semakin tinggi disertai dengan meningkatnya ketegangan politik dan fragmentasi perdagangan.

Perry juga menyatakan bahwa penguatan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terjadi secara luas. Preferensi investor pun disebut beralih dengan memperbanyak alokasi portofolio ke aset-aset berbasis dolar AS.

“Gubernur Perry menegaskan tone yang hawkish saat membacakan pernyataannya. Ada perubahan besar dalam proyeksi dolar AS, suku bunga, dan aliran modal karena dinamika di AS.  Akibatnya, fokus BI pun kembali bergeser ke arah stabilitas,” jelas Satria dalam risetnya.

Menurut Satria, butuh kejadian luar biasa untuk meredam keperkasaan dolar AS. Meski secara musiman Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan 6 mata uang utama dunia) cenderung melemah pada Desember di mana koreksinya mencapai rata-rata 1,5% dalam 7 tahun terakhir, tetapi kemungkinan rupiah masih akan diperdagangkan di kisaran Rp 15.500-15.600/US$ pada akhir tahun ini.

“Awalnya, kami memperkirakan BI bisa menurunkan suku bunga acuan jika rupiah menguat ke bawah Rp 15.200/US$. Namun dengan penguatan dolar AS, kami tidak melihat kemungkinan BI bisa kembali menurunkan suku bunga acuan tahun ini,” ungkapnya.

Disclaimer: Artikel merupakan koreksi artikel sebelumnya yang salah menyebut BI Rate ditahan selama 4 bulan. Demikian kesalahan telah ditindaklanjuti.

(aji)

No more pages