Logo Bloomberg Technoz

Industri Baja China Diramal Lesu pada 2025, Alarm bagi Nikel RI

Redaksi
18 December 2024 11:00

Tumpukan bola nikel di sebuah tambang di Kanada. Fotografer: Cole Burston/Bloomberg
Tumpukan bola nikel di sebuah tambang di Kanada. Fotografer: Cole Burston/Bloomberg

Bloomberg Technoz, Jakarta – Permintaan nikel Indonesia dinilai rawan makin melemah pada 2025, seiring dengan proyeksi lesunya kinerja industri baja—termasuk baja nirkarat atau stainless steel — di China.

Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) menggarisbawahi mayoritas nikel yang diproduksi di Indonesia berjenis saprolit atau kelas 2 yang diserap oleh industri pengolahan (smelter) pirometalurgi untuk menghasilkan nickel pig iron (NPI), feronikel (Fe-Ni), dan nickel matte yang dibutuhkan industri baja nirkarat.

Forecast untuk konsumsi nikel secara general, sebenarnya ya 70% masih dikuasai nikel kelas 2, yaitu untuk penggunaan industri stainless steel,” kata Sekretaris Umum APNI Meidy Katrin Lengkey kepada Bloomberg Technoz, dikutip Rabu (18/12/2024).

Ke depannya, padahal, Meidy memperkirakan permintaan bijih nikel dari penambang oleh pabrik pirometalurgi bakal menurun.

Penyebabnya, permintaan dari industri baja nirkarat—khususnya di China — masih tertahan oleh sentimen kekhawatiran kebijakan tarif presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump serta efektivitas paket stimulus ekonomi China.