Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, ekonomi Indonesia berhasil tumbuh hingga 5,03% pada kuartal I-2023 dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu (year-on-year/yoy). Serta lebih baik dibandingkan kuartal sebelumnya yang tumbuh 5,01% yoy.
Realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal I-2023 ini lebih tinggi dari ekspektasi pasar. Konsensus pasar yang dihimpun Bloomberg yang melibatkan 29 institusi menghasilkan median proyeksi di angka 4,97% yoy.
Menurut BPS, pertumbuhan ini didukung penuh oleh aktivitas ekonomi yang stabil seperti berakhirnya PPKM berdampak pada mobilitas penduduk yang semakin tinggi.
Untuk pasar saham Asia mayoritas bergerak di zona merah pada perdagangan hari ini. Indeks Shanghai minus 0,48%, indeks Strait Times Singapore terkontraksi 0,08%, Indeks Kospi turun 0,02%, dan indeks Hang Seng Hong Kong naik 0,50%. Sementara itu Dow Jones Index Future naik 0,28%.
Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nicodemus memaparkan, rilisnya data PMI Manufaktur Umum Caixin China, secara tak terduga terkoreksi ke level 49,5 pada April 2022 dari sebelumnya level 50,0 pada Maret. Angka ini meleset dari perkiraan pasar sebesar 50,3.
"Hal yang sama juga pada The Caixin China General Services PMI yang turun menjadi 56,4 pada April 2023 dari level tertinggi 28 bulan di bulan Maret di 57,8. Ini mencerminkan manufaktur China di zona kontraksi seiring melambatnya pertumbuhan ekonomi," paparnya.
Sentimen lainnya, Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve/The Fed) Jerome Powell mengisyaratkan bahwa kenaikan suku bunga pada Rabu (3/5/2023) bisa menjadi yang terakhir, meski aksi menurunkan inflasi masih belum selesai.
Jerome Powell menyatakan, data inflasi, pasar tenaga kerja, dan tingkat kredit akan jadi faktor utama penentu kebijakan di masa yang akan mendatang. Powell juga memberi informasi bahwa ketidakpastian perekonomian juga masih terjadi.
(fad/wep)