Imaduddin menyebut porsi nikel dalam industri baterai EV kemungkinan hanya mencapai 15% dari total permintaan dunia. Hal ini salah satunya dipicu pergeseran teknologi ke baterai lithium ferro phosphate (LFP), terutama di China.
“Di sisi lain, permintaan nikel untuk industri baja nirkarat atau stainless steel dari China—selaku importir terbesar nikel RI — diproyeksikan melambat, dan hanya mencakup ⅔ dari total permintaan nikel menjelang 2025,” terangnya.
Ketiga, indikator harga nikel terkini menunjukkan adanya tren pelemahan dengan harga di London Metal Exchange (LME) untuk kontrak tiga bulan hanya mencapai US$16.316/ton pada Oktober 2024, terendah sejak September tahun lalu.
Meski beberapa produsen nikel mulai memangkas produksi dan menunda proyek baru karena tekanan harga, dampak dari tindakan ini kemungkinan belum cukup mengimbangi tekanan dari oversupply dan pelemahan permintaan.
“Hal ini membuat harga nikel diperkirakan bergerak stagnan atau datar [pada 2025], dengan kecenderungan melemah dalam beberapa waktu ke depan,” kata Imaduddin.
Nikel diperdagangkan di US$15.708/ton pada penutupan Senin (16/12/2024) di London Metal Exchange (LME), turun 0,97% secara harian.
Bank Dunia atau World Bank masih mengestimasikan harga nikel bakal menguat secara anual; masing-masing 3% pada 2025 dan 6% pada 2026. Walakin, harga nikel belum akan kembali ke rekor tertingginya di level US$25.605/ton pada 2022.
Dalam laporan Commodity Market Outlook terbarunya, Bank Dunia mengatakan proyeksi penguatan harga nikel bisa terjadi seiring dengan permintaan global yang diramal terus meningkat dalam beberapa tahun mendatang, didukung ekspansi produksi baja nirkarat dan baterai untuk EV.
"Setelah penurunan yang diperkirakan sebesar 21% pada 2024 secara tahunan atau year on year [yoy], harga nikel diperkirakan naik sebesar 3% pada 2025 dan 6% pada 2026," tulis tim peneliti Bank Dunia dalam laporannya.
Bank Dunia mencatat rerata harga nikel berada di level US$16.627/ton pada Januari—Maret 2024. Harganya sempat menguat ke level US$18.416/ton pada April—Juni 2024 dan melemah kembali ke level US$16.235/ton pada Juli—September 2024.
Institusi tersebut juga melaporkan harga nikel turun 12% secara quarter to quarter (qtq) pada kuartal III-2024, tetapi sebagian pulih dalam beberapa pekan terakhir menyusul langkah-langkah stimulus ekonomi di China.
-- Dengan asistensi Mis Fransiska Dewi
(wdh)