Senada, Ketua Komite Investasi Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas Nasional (Aspermigas) Moshe Rizal juga menyebut lokasi penyimpanan minyak untuk menopang CPE lebih baik dibangun di Jawa. Pertama, karena hub pelayaran domestik masih didominasi oleh Jawa, khususnya di Pelabuhan Tanjung Priok.
Kedua, Jawa merupakan wilayah basis pengguna BBM terbesar di Indonesia sekaligus memiliki infrastruktur yang paling siap.
“Jadi menurut saya relevan kalau di Jawa. [...] Kita juga melihat dari sisi lahan, access point, infrastruktur di sekitarnya, infrastruktur penunjangnya. Di Jawa ada infrastruktur penunjang agar dia [bisa] langsung ekspor [kirim minyak] ke penjuru Indonesia,” ujarnya.
“Akan tetapi, ya either way, saya lihat yang paling ready kalau mau bangun [fasilitas penyimpanan] cadangan energi nasional, ya di Jawa.”
Melalui Peraturan Presiden (Perpres) No. 96/2024 tentang Cadangan Penyangga Energi, pemerintah memang berencana membangun buffer stock sektor energi hingga 2035.
CPE nantinya akan berupa stok BBM jenis bensin sejumlah 9,64 juta barel, gas minyak cair atau liquefied petroleum gas (LPG) sebanyak 525,78 ribu metrik ton, dan minyak bumi sebesar 10,17 juta barel hingga 2035 mayoritas bakal berasal dari impor.
Terkait dengan itu, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyebut pemerintah akan membangun fasilitas penyimpanan atau storage minyak di lokasi yang berdekatan dengan perbatasan Singapura.
Bahlil mengatakan pembangunan fasilitas penyimpanan untuk CPE tersebut sangat penting, sebagai antisipasi Indonesia menghadapi risiko krisis energi dari ancaman geopolitik global maupun untuk menopang rencana swasembada energi Presiden Prabowo Subianto.
Saat ini, kata Bahlil, kapasitas penyimpanan cadangan minyak Indonesia hanya berkemampuan sepanjang 21 hari.
“Ke depan, kita akan bangun storage di satu pulau yang berdekatan dengan Singapura. Kemampuan storage-nya kurang lebih sekitar 30—40 hari, semua minyak boleh masuk di situ,” ujarnya dalam agenda Bimbingan Teknis (Bimtek) Legislator Nasional Fraksi Partai Golkar, medio pekan lalu.
Bahlil menyebut fasilitas penyimpanan cadangan minyak tersebut nantinya juga dapat dimanfaatkan oleh PT Pertamina (Persero) untuk membeli minyak dengan harga yang lebih ekonomis, tanpa harus mengimpor dari Singapura.
Selama ini, kata Bahlil Indonesia masih mengimpor 60% minyak dari Negeri Singa.
(mfd/wdh)