Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada awal perdagangan hari ini. Mata uang Tanah Air masih bertahan di atas Rp 16.000/US$.

Pada Selasa (17/12/2024) pukul 09:02 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 16.028 di perdagangan pasar spot. Rupiah terdepresiasi 0,17% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Rupiah berada di zona merah kala mayoritas mata uang utama Asia mampu mencatat apresiasi. Yen Jepang, yuan China, won Korea Selatan, dolar Taiwan, baht Thailand, ringgit Malaysia, dan peso Filipina menguat masing-masing 0,07%, 0,02%, 0,18%, 0,02%, 0,01%, 0,18%, 0,03%, dan 0,14%.

Rupiah memang masih menjalani tren negatif. Dalam sepekan terakhir, mata uang Ibu Pertiwi melemah 0,77%. Selama sebulan ke belakang, depresiasinya adalah 1,16%.

USD/IDR (Sumber: Bloomberg)

Tekanan terhadap rupiah sepertinya bisa membuat Bank Indonesia (BI) gamang  Besok, BI akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode Desember. Satu yang ditunggu tentu pengumuman BI Rate.

Suara pasar pun terbelah. Dari 27 ekonom/analis yang terlibat dalam pembentukan konsensus oleh Bloomberg per Senin (16/12/2024) pagi, sebanyak 15 memperkirakan BI Rate akan bertahan di 6%.

Sedangkan 12 lainnya memperkirakan suku bunga acuan turun 25 basis poin (bps) menjadi 5,75%.

Artinya, boleh dibilang peluang hold maupun cut sama besar. Porsi yang memperkirakan BI Rate tetap adalah 55,55% dan yang mengestimasikan pemangkasan 25 bps adalah 44,44%.

Jadi sebelum semua terang-benderang, yaitu saat Gubernur Perry Warjiyo membacakan keputusan, maka sepertinya pasar akan cenderung wait and see. Ini membuat rupiah sepertinya sulit menguat signifikan, karena investor memilih untuk menonton dari pinggir lapangan.

(aji)

No more pages