Sekadar catatan, industri kendaraan listrik China sendiri justru menunjukkan pertumbuhan kuat dengan proyeksi pangsa pasar neighborhood electric vehicle (NEV) mencapai 40% pada 2024, melonjak dari 26% pada 2023.
Tantangan Nikel
Melihat situasi tersebut, Imaduddin menerangkan tantangan bagi Indonesia—sebagai produsen nikel selaku bahan baku baterai EV — akan makin kompleks pada tahun-tahun mendatang.
“Pengetatan FEOC ini akan mempersulit ekspor nikel ke AS karena tingginya investasi China di sektor ini. Hanya 8%—9% produksi nikel global yang diperkirakan memenuhi syarat FEOC hingga 2027,” tuturnya.
Di sisi lain, sampai saat ini, Indonesia sendiri masih terlalu fokus pada hilirisasi nikel untuk produk antara (intermediate), sedangkan kapasitas produksi baterai yang dimiliki negara ini hanya mencakup 0,4% dari porsi global. Walakin, RI menguasai 50% dari total produksi nikel dunia.
“Tantangan lebih mendasar adalah bagaimana meningkatkan nilai tambah mengingat cadangan nikel yang terbatas—sekitar 15 tahun — dan kebutuhan diversifikasi pasar di tengah standar ESG [environmental, social, and governance] yang makin ketat di pasar utama,” ujarnya.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendata total cadangan bijih nikel Indonesia mencapai 5,32 miliar ton dan cadangan logam nikel 56,11 juta ton per 2024, di mana Maluku Utara menjadi provinsi dengan jumlah cadangan yang paling banyak.
Cadangan bijih nikel mencapai 5,32 miliar ton ini terdiri dari 60% saprolit dan 40% limonit.
Saprolit merupakan nikel kadar tinggi dan banyak diolah melalui sistem rotary kiln electric furnace (RKEF). Nikel ini menghasilkan produk berupa nickel pig iron (NPI), feronikel (FeNi), atau nickel matte untuk bahan baku baja nirkarat alias stainless steel.
Sementara itu, limonit merupakan nikel kadar rendah yang umumnya diolah melalui sistem high pressure acid leaching (HPAL) untuk menghasilkan mixed hydroxide precipitate (MHP) yang dibutuhkan untuk bahan baku baterai kendaraan listrik.
Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Dirjen Minerba) Kementerian ESDM Tri Winarno mengatakan saat ini cadangan limonit atau nikel kadar rendah Indonesia masih terbilang cukup aman.
“Akan tetapi, kita kan sudah aware bahwa kita—dengan tidak adanya penemuan cadangan — berarti akan timbul depresi [tekanan pasokan]. Kalau misalnya [cadangan] turun dan lain sebagainya, maka hilirisasi juga tidak bisa berjalan,” tuturnya ditemui di sela agenda Indonesia Mining Summit 2024, awal bulan ini
“Maka kita sekarang intens untuk melakukan eksplorasi.”
-- Dengan asistensi Mis Fransiska Dewi
(wdh)