Sentimen eksternal yang masih buruk terbukti lebih dominan menyetir pergerakan harga aset di pasar keuangan domestik. Namun, beberapa data yang dirilis hari ini, sepertinya cukup membantu mengurangi sedikit tekanan pada rupiah.
Surplus neraca dagang RI pada November naik tajam akibat pelemahan kinerja impor, di kala kinerja ekspor melesat. Surplus neraca dagang bulan lalu tercatat sebesar US$4,42 miliar, naik dibanding capaian bulan sebelumnya US$2,48 miliar. Capaian surplus pada November juga mengalahkan prediksi pasar yang memperkirakan penurunan nilai surplus jadi US$2,34 miliar.
Kinerja ekspor membukukan pertumbuhan lebih bagus, yakni 9,14% dibanding bulan sebelumnya 10,25%. Capaian itu juga mengalahkan prediksi para ekonom di 6,30%.
Akan tetapi, kinerja impor lesu dengan pertumbuhan cuma 0,01%, dibanding 17,5% pada Oktober.
Pada hari ini, Pemerintah RI juga mengumumkan kepastian pemberlakuan kebijakan kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% mulai 1 Januari 2025 di tengah kencangnya penolakan masyarakat.
Namun, Pemerintah bergeming dan menyodorkan sejumlah insentif yang ditujukan untuk mengurangi dampak kenaikan tarif.
(rui)