"Gol bunuh diri Yoon menghidupkan kembali Lee," kata Choi Young Jun, guru besar kebijakan publik dari Universitas Yonsei. "Tidak diragukan lagi bahwa Lee adalah kandidat terkuat untuk menggantikan Yoon dan akan tampil sesuai perannya itu saat dia bersiap untuk maju."
Lee mengajukan banding atas keputusan pengadilan tersebut, dan ini memberinya cukup waktu untuk ikut dalam pemilihan presiden sela. Namun, Pilpres ini akan bisa dilaksanakan setelah Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan apakah pemakzulan Yoon valid. Proses di MK Korsel ini bisa memakan waktu beberapa minggu, bahkan berbulan-bulan.
Kesempatan baru Lee untuk berkuasa ini terjadi setelah Yoon secara tidak terduga menerapkan darurat militer pada 3 Desember untuk kali pertama dalam empat dekade.
Yoon mengerahkan pasukan khusus dengan helikopter untuk menyerbu Majelis Nasional, dan menuduh lawan-lawan politiknya melakukan kegiatan "melawan negara" dan menyatakannya sebagai penggerebekan terhadap "markas penjahat."
Sekitar 190 anggota parlemen bergerak ke gedung parlemen dan memutuskan dengan suara bulat untuk menolak keputusan presiden itu. Bahkan Han Dong-hoon, ketua Partai Kekuatan Rakyat (PPP) asal Yoon dan berpotensi menjadi pesaing Lee, memerintahkan tentara untuk membangkang dan mundur. Keadaan darurat itu dicabut enam jam kemudian.
Langkah Yoon ini membuat jutaan warga Korsel marah karena mereka berbangga dengan keberhasilan membangun demokrasi paling kuat setelah melalui aksi protes berdarah menentang penguasa militer selama beberapa dekade.
Sentimen pro-demokrasi ini yang akan dimanfaatkan oleh Lee jika dia kembali berlaga di Pilpres. Dia kalah tipis dari Yoon dalam Pilpres 2022, dan ini merupakan Pilpres paling ketat dalam sejarah Korsel.
Choi mengatakan kali ini Lee akan mencitrakan dirinya sebagai pemimpin moderat untuk mendapat
suara rakyat dibandingkan dengan kubu konservatif Yoon.
Jajak pendapat menunjukkan Lee akan menang dengan gampang jika Pilpres diadakan hari ini. Jajak pendapat Embrain Publik yang dilakukan 10 Desember menunjukkan tingkat popularitasnya mencapai 37 persen, sementara Ketua PPP Han hanya 7%.
Lee berasal dari keluarga kelas pekerja dan semasa remaja bekerja di satu pabrik. Saat itu dia mengalami kecelakaan kerja, sehingga tangan kirinya cacat.
Dia terjun ke panggung politik pada 2005 dan menjadi Wali Kota Seongnam pada 2010 dengan prestasi menutup tempat pemotongan anjing dan meningkatkan kesejahteraan sosial. Kebijakannya seperti seragam sekolah dan makan siang gratis membuatnya terpilih sebagai wali kota untuk kedua kali, meski dia dikritik karena mengedepankan kebijakan populis.
Dalam wawancara 2016, Lee menggambarkan dirinya sebagai pelayan rakyat sederhana yang menjalankan keinginan rakyat. Dia memimpin kampanye untuk menjatuhkan Presiden Park Geun-Hye, dan kalah ketika bertarung melawan Moon Jae-in untuk menjadi kandidat presiden dari Partai Demokratik pada 2017.
Meskipun berlatar belakang sederhana, Lee sering dibandingkan dengan Trump. Keduanya sama-sama membenci elit politik dan selamat dari upaya pembunuhan. Lee ditikam di leher oleh seorang penyerang pada Januari tahun ini.
Ia sering menggunakan media sosial untuk berkomunikasi dengan para pendukungnya dan mengkritik lawan-lawannya. Pada malam 3 Desember, ia menyiarkan secara langsung dirinya melompati tembok untuk memasuki Majelis Nasional.
Lee menyamakan dirinya dengan Sanders, senator progresif yang gagal mencalonkan diri sebagai Presiden AS dari Partai Demokrat pada tahun 2016 dan 2020. Lee mengkritik kesenjangan pendapatan dan mendorong Korsel untuk menjadi negara pertama di Asia yang memperkenalkan pendapatan dasar universal.
Mengenai kebijakan luar negeri, Lee kemungkinan akan mengambil langkah yang lebih lunak terhadap Korea Utara dan mendorong hubungan yang lebih seimbang dengan AS dan China. Ia telah melunakkan sikapnya terhadap Jepang, setelah menuduhnya tidak menunjukkan penyesalan atas pendudukan Korea pada awal abad ke-20.
"Hubungan yang baik adalah ketika Anda saling menghormati, memahami satu sama lain, dan menemukan cara untuk saling menguntungkan," katanya tentang prospek pertemuan dengan para pemimpin Jepang, dalam wawancara awal bulan ini. "Sering bertemu dalam hubungan predator tidak menjadikannya hubungan yang baik."
Lee melakukan mogok makan selama 24 hari tahun lalu untuk memprotes kebijakan Yoon, termasuk dukungannya terhadap rencana Jepang untuk membuang air radioaktif yang telah diolah dari Fukushima ke laut. Ini adalah aksi mogok makan terlama yang dilakukan seorang pemimpin oposisi sejak 1983.
Apa yang terjadi selanjutnya terhadap Lee bergantung pada prosedur pemakzulan di Korsel. Para hakim konstitusi memiliki waktu 180 hari untuk memberikan putusan mereka atas pemecatan Yoon dari jabatannya.
Dalam kasus serupa pada tahun 2017, mereka membutuhkan waktu 91 hari untuk merampungkan penggulingan Park. Jika pengadilan memutuskan memakzulkan Yoon, Pilpres harus diadakan dalam waktu 60 hari.
Citigroup Inc memperkirakan pengadilan akan menegakkan pemakzulan sekitar pertengahan Maret tahun depan, yang akan mengarah pada Pilpres baru pada awal hingga pertengahan Mei, demikian tulis para ekonom, termasuk Jiuk Choi, dalam catatannya.
Jika terpilih, Lee akan dibebaskan dari tuntutan kriminal selama masa jabatannya, kecuali jika dia melakukan pengkhianatan atau kegiatan yang mengancam keamanan nasional, misal berkerja sama dengan musuh-musuh asing.
Lee menuduh Yoon melakukan pengkhianatan. Pada Sabtu, setelah pemungutan suara, ia merayakan pemakzulan tersebut dengan berbicara di depan kerumunan massa yang berkumpul di tengah suhu yang sangat dingin di luar Majelis Nasional.
"Kita harus terus berjuang bersama untuk memastikan bahwa pertanggungjawaban yang cepat dan tegas serta penggulingan Yoon dapat dicapai dalam waktu sesingkat mungkin," kata Lee.
(bbn)