Lebih lanjut, Ricky menjelaskan kualitas mobil yang diproduksi oleh pabrik perakitan Mazda di Indonesia akan sama dengan mobil yang dirakit di Negeri Sakura.
Pabrik tersebut dipastikan akan tetap mengusung konsep Japanese Mastery yang menjadi standar produksi Mazda selama ini.
"Karena kalau sekadar memindahkan mobil ke sini atau segala macam bisa saja. Namun, kalau untuk memastikan supaya kualitasnya, kerapiannya, semuanya sama itu bahkan para engineer kami harus bolak-balik [ke Indonesia]. Karena itu yang kami jual, Japanese Mastery," paparnya.
Pembangunan pabrik perakitan Mazda di Indonesia tidak terlepas dari meningkatnya angka penjualan mobil merek tersebut di dalam negeri.
Ricky mengungkapkan penjualan Mazda di Indonesia sepanjang kuartal I-2023 mencapai 1.098 unit atau naik 191,2% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebanyak 377 unit.
Saat ini penjualan Mazda di Indonesia masih mengandalkan produk yang diimpor utuh atau completely built up (CBU) dari Jepang, Thailand, dan Malaysia. Terdapat enam model Mazda yang dipasarkan di Indonesia, antara lain Mazda2, Mazda3, Mazda6, CX-3, CX-5, dan CX-9.
Menurut Ricky, peningkatan penjualan Mazda di Indonesia didukung oleh pasokan mobil yang mulai lancar sejak awal tahun ini. Walaupun demikian, pasokan yang ada saat ini belum bisa sepenuhnya memenuhi permintaan konsumen.
Alhasil, konsumen Indonesia yang ingin membeli mobil dari pabrikan Jepang itu harus menunggu atau inden hingga 5 bulan lamanya.
"Belum semua datang, tetapi suplai sudah lumayan lebih banyak. Untuk saat ini indennya 1—2 bulan untuk semua model. Kecuali untuk Mazda 3 itu masih 4—5 bulan. Ini jauh lebih berkurang dibandingkan dengan tahun lalu yang indennya bisa setahun ya," ungkapnya.
(rez/wdh)