Logo Bloomberg Technoz

Hal tersebut memang menjadi peluang yang dapat mendorong pertumbuhan permintaan nikel, yang merupakan bahan baku utama dalam pembuatan baterai. Potensi ini sekaligus akan berdampak positif bagi industri pertambangan secara keseluruhan.

“Dengan biaya baterai yang lebih rendah, kami mengharapkan peningkatan investasi dalam teknologi baterai dan inovasi industri terkait. Ini memberikan kesempatan bagi para pelaku industri, termasuk produsen nikel, untuk berkolaborasi dalam mengembangkan solusi yang lebih berkelanjutan dan efisien,” terang Hendra.

Persaingan dan Harga

Akan tetapi, dia juga menggarisbawahi, dengan biaya baterai yang makin terjangkau, persaingan di pasar EV bakal kian ketat.

Artinya, pemain industri makin terdesak untuk beradaptasi dan tetap memastikan produk yang ditawarkan tetap kompetitif, baik dari segi kualitas maupun harga.

Tidak hanya itu, penurunan biaya baterai juga dapat memengaruhi harga bahan baku, termasuk nikel. 

“Untuk itu, penting bagi kami untuk memantau dan mengelola fluktuasi harga tersebut melalui strategi yang matang agar tetap menjaga keberlanjutan industri pertambangan,” ujarnya.

“Secara keseluruhan, kami menyambut baik penurunan harga baterai lithium-ion sebagai langkah positif untuk industri dan berkomitmen untuk mendukung pengembangan sektor ini dengan memberikan bahan baku berkualitas dan menjaga standar keberlanjutan.”

Nikel diperdagangkan di US$15.862/ton pada penutupan Jumat (13/12/2024) di London Metal Exchange (LME). Angka tersebut drop 1,89% dari hari sebelumnya, setelah logam tersebut mencatatkan penguatan harga sebesar 2% medio pekan lalu. 

Ilustrasi Baterai Litium-ion (Sumber: Kiyoshi Ota/Bloomberg)

Menurut riset terbaru BloombergNEF, harga rata-rata paket baterai (battery pack) ion litium tercatat mengalami penurunan tertajam dalam tujuh tahun, sehingga menggarisbawahi perkembangan yang kemungkinan akan mempercepat paritas harga antara EV dan mobil berbahan bakar minyak (BBM).

Beberapa faktor yang memengaruhi penurunan tersebut a.l. kelebihan kapasitas dalam produksi sel baterai dunia, harga logam dan komponen yang lebih rendah, serta peralihan berkelanjutan ke penggunaan baterai litiium besi fosfat atau lithium ferro phospate (LFP).

Studi tersebut menganalisis 343 titik data dari berbagai aplikasi termasuk mobil listrik, bus, dan kendaraan komersial.

Penurunan harga baterai yang lebih cepat dari perkiraan tersebut menandakan bahwa harga EV berpeluang turun ke level yang sama dengan kendaraan bermesin pembakaran internal atau internal combustion engine (ICE) paling cepat pada 2026.

Pada tahun tersebut, harga rata-rata baterai diperkirakan turun di bawah US$100/kWh, patokan yang sering dirujuk sebagai titik paritas harga.

Namun, kelebihan pasokan baterai EV sepertinya tidak akan menjadi hal yang biasa. Sel EV lebih bergantung pada volume penjualan mobil, yang menghubungkan produksi dan pengiriman dengan jumlah kendaraan yang dikirim.

Produsen baterai cenderung tidak memproduksi sel EV berlebih karena permintaan global melambat, kata BNEF.

Dengan menggunakan data harga dan volume yang dikumpulkan sejak 2010, BNEF memperkirakan harga paket baterai akan turun di bawah US$100/kWh pada 2026 dan mencapai US$69/kWh pada 2030.

Akan tetapi, faktor geopolitik dan perubahan kebijakan menambah ketidakpastian pada prospek adopsi EV pada masa mendatang dan, pada gilirannya, harga baterai.

-- Dengan asistensi Mis Fransiska Dewi

(wdh)

No more pages