Logo Bloomberg Technoz

Respons KPPU berangkat dari keputusan merger dua perusahaan provider seluler. Maka dari itu perlu ada pengawasan yang lebih intens seperti faktor harga output, interkoneksi, serta akses penggunaan infrastruktur.

Penyehatan industri telekomunikasi sudah menjadi perhatian pemerintah melalui Kementerian Kominfo (sekarang bernama Komdigi), merespons awal isu merger EXCL-FREN muncul.

Pemerintah memandang cukup tiga pemain provider seluler agar menciptakan efisiensi dan produktivitas. Hadirnya enititas baru pasca aksi merger, menjadikan operator tersisa Telkomsel (anak usaha PT Telkom Tbk), Indosat Ooredoo Hutchison, dan MergeCo.

“Pemerintah bukan memaksa, karena kalau kita, cuma tiga operator persaingannya sehat,” kata Budi Arie, Menkominfo di era pemerintahan Presiden Jokowi, bulan Oktober tahun lalu.

Adapun dalam perkembangan terbarunya, merger XL-FREN yang menghasilkan entitas baru yakni XLSmart, menghasilkan akumulasi total pengguna sebanyak 94,5 juta pelanggan aktif, berdasarkan catatan XL hingga kuartal III-2024. 

"Jadi, kita akan menjadi jauh lebih besar dari skala dan juga jauh lebih besar. Sebagai entitas, kita akan memiliki 94,5 juta pelanggan yang merupakan 27% dari total pelanggan di Indonesia," jelas Group Chief Executive Officer Axiata Group, Vivek Sood dalam konferensi persnya di Jakarta, Rabu (11/12/2024). 

Menyoal kinerja keuangan, kedua perusahaan juga disebut dapat menghasilkan keuntungan hingga US$2,8 miliar atau setara Rp45,4 triliun.  Laba sebelum beban bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) juga mencapai US$1,4 miliar atau Rp22,4 triliun.

Pendapatan hasil merger dua provider seluler juga diperkirakan mencapai US$2,8 miliar atau Rp45,4 triliun, gabungan dari omzet raihan XL Axiata Rp33,8 triliun dan Smartfren Rp11,6 triliun.

Detail Merger EXCL-FREN

Kedua perusahaan sebelumnya mengumumkan kesepakatan penggabungan dua bisnis menjadi entitas baru XLSmart, menghasilkan kesepakatan US$6,5 miliar atau sekitar Rp 104 triliun. EXCL akan bertindak sebagai sebagai surviving entity, sedangkan FREN dan SmartTel menjadi entitas yang melebur atau menjadi bagian dari XLSmart.

Selain itu, hasil merger keduanya diyakini akan memberikan dampak signifikan terhadap peningkatan Average Revenue Per User (ARPU) di Indonesia.  Sejak periode 2013 hingga 2023 terjadi kenaikan Rp30.000 menjadi Rp41.000.

Menurut Vivek Sood, dengan penggabungan kedua perusahaan, portofolio spektrum akan menjadi lebih seimbang, menyerupai struktur spektrum dari operator besar lainnya di Indonesia.

Keputusan penggabungan dua entitas provider seluler ini, lanjut Viviek, akan memberikan posisi strategis untuk bersaing di pasar seluler yang semakin kompetitif.

"Dan ini juga akan memungkinkan kita untuk meningkatkan jaringan dan memberikan pengalaman yang jauh lebih baik," ujar Viviek di Jakarta, Kamis (12/12/2024).

Skema kompleks telah disepakati Axiata dan Sinarmas berupa: pembagian nilai ekuitas atas XL Axiata dengan Smartfren 72:28 dengan EXCL tetap akan tercatat di BEI.

Lantas, EXCL meberbitkan saham baru yang diperuntukkan kepada pemegang saham FREN sesuai dengan rasio penggabungan.

"Sebagai bagian dari penggabungan, Sinarmas akan menerima 21,7% saham di XLSmart, sementara Axiata akan menjadi 47,9%," jelas perusahaan.

Proses selanjutnya memakan waktu maksimal dua bulan, perusahaan menargetkan dengan alur:

  • Persetujuan Kementerian komdigi

  • Persetujuan OJK dan pengajuan dokumen ke Bursa Efek Indonesia (BEI)

  • Persetujuan BEI

  • RUPS Luar Biasa Axiata

  • RUPS Luar Biasa XL Axiata (EXCL) dan Smartfren (FREN)

  • Penyelesaian transaksi merger

(wep)

No more pages