Bloomberg Technoz, Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) memaparkan bahwa nikel muncul sebagai penopang kinerja ekspor nonmigas secara anual pada November 2024.
Ekspor nonmigas pada bulan tersebut, bagaimanapun, hanya mencapai US$22,69 miliar atau turun 1,67% dari Oktober
Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyawanti menjelaskan nilai ekspor nonmigas secara bulanan pada November anjlok akibat turunnya nilai ekspor bijih logam dan kerak abu, minyak hewan/nabati, serta tembaga dan barang daripadanya.
“Namun demikian, ekspor secara tahunan pada November mengalami peningkatan 9,14%. Kenaikan inni didorong oleh peningkatan ekspor nonmigas, terutama pada nikel dan barang daripadanya,” ujarnya dalam konferensi pers, Senin (16/12/2024).
Selain nikel, kinerja ekspor nonmigas turut ditopang oleh kenaikan anual pada penjualan mesin dan peralatan mekanis, mesin dan perlengkapan elekstrik, serta bagiannya.

Dari sisi sektoral, sektor pertambangan menyumbang nilai ekspor sebanyak US$3,84 miliar pada November 2024, kedua terbesar setelah sektor manufaktur atau industri pengolahan yang menyumbang senilai US$18,27 miliar.
Adapun, kontribusi dari sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan hanya sebesar US$0,58 miliar.
“Seluruh sektor mengalami penurunan [ekspor] secara bulanan, terutama pada sektor industri pengolahan yang turun 0,92% dengan andil -0,07%. Penurunan ini terutama pada komoditas minyak kelapa sawit, kendaraan bermotor roda empat atau lebih, bungkil residu, dan bubur kertas,” papar Amalila.
Sementara itu; ekspor batu bara, minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) dan produk turunannya, serta besi baja memberikan kontribusi sebesar 31,30% dari total ekspor nonmigas Indonesia pada November 2024.
(wdh)