Logo Bloomberg Technoz

Rupiah, IHSG & SUN Tetap Tertekan Kala Surplus Dagang Naik Tajam

Ruisa Khoiriyah
16 December 2024 11:29

Ilustrasi pasar obligasi (Sumber: Bloomberg)
Ilustrasi pasar obligasi (Sumber: Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Gejolak pasar belum berhenti ketika Pemerintah RI mengumumkan kepastian pemberlakuan kebijakan Pajak Pertambahan Nilai (PPn) menjadi 12% mulai 1 Januari 2025, berikut sejumlah kebijakan insentif untuk mengimbangi tekanan keuangan masyarakat.

Pada saat yang sama, Badan Pusat Statistik melaporkan kinerja perdagangan RI pada November. Kinerja ekspor pada November naik 9,14%, lebih baik ketimbang ekspektasi pasar namun melambat dibanding bulan sebelumnya. Sementara impor hanya tumbuh 0,01%, anjlok tajam dibanding Oktober sebesar 17,5% dan jauh di bawah ekspektasi pasar 7,08%. 

Impor yang jatuh, melonjakkan nilai surplus neraca dagang menjadi sebesar US$4,42 miliar, jauh melampaui ekspektasi pasar dan capaian bulan sebelumnya sebesar US$2,34 miliar. Itu menjadi capaian surplus kinerja dagang RI selama 55 bulan tanpa putus.

Data kinerja perdagangan RI itu seharusnya memberi sentimen positif bagi rupiah dan pasar keuangan secara umum. Namun, nyatanya rupiah masih tertekan. Pada pukul 11:18 WIB, rupiah makin tergilas ke level Rp16.021/US$, menjadi valuta ketiga di Asia dengan pelemahan terdalam setelah peso dan ringgit.

Di pasar surat utang, tingkat imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) juga bergerak makin tinggi di mana tenor pendek 1Y ada di 7,00% disusul tenor 2Y yang ada di 6,98%. Sementara tenor 10Y makin tinggi imbal hasilnya di 7,07%.

Artikel Terkait