Logo Bloomberg Technoz

Pendapatan dari ekspor bijih besi, komoditas utama Australia, diperkirakan menurun karena harga yang telah turun sekitar seperempat tahun ini di tengah produksi yang lebih tinggi dan permintaan yang lebih lemah di China.

Nilai pengiriman batu bara dan gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) juga diperkirakan turun, menurut proyeksi pemerintah.

Pemerintah Australia tengah menangani dampak dari pengeluaran yang lebih tinggi untuk pembayaran kepada veteran militer dan di berbagai bidang termasuk bencana alam, pendidikan anak usia dini, dan kesehatan, kata Chalmers dalam wawancara tersebut.

Pembaruan pertengahan tahun akan mencakup perincian tambahan A$1,8 miliar (US$1,15 miliar) dalam hak-hak bagi para veteran, katanya.

Tekanan terhadap sektor pertambangan Australia juga diakui oleh Pimpinan BHP Group Australia, yang memperingatkan Negeri Kanguru tidak lagi dapat bergantung pada pasar ekspor pertambangan tradisionalnya lantaran tidak siap menghadapi era baru persaingan produksi komoditas tambang berbiaya rendah.

“Lonjakan permintaan dari industrialisasi China kini melewati periode pertumbuhan agresif," kata Presiden BHP Australia Geraldine Slattery dalam pidatonya di Brisbane, medio November, dikutip Bloomberg.

BHP, korporasi tambang terbesar di dunia, dan pesaingnya Rio Tinto Group baru-baru ini mengakui bahwa permintaan baja China sedang melandai.

Di sisi lain, komoditas lain seperti nikel—yang merupakan mineral logam kunci transisi energi karena penggunaannya dalam kendaraan listrik — sedang diburu oleh negara-negara yang "sering kali berada pada posisi yang lebih baik daripada Australia," kata Slattery, mengacu pada biaya dan rezim royalti.

Tambang nikel di Australia Barat../Bloomberg-Ron D'Raine

Harga nikel bergerak di rentang setengah dari levelnya tertingginya pada akhir 2022, berkat membanjirnya pasokan global dari Indonesia; tempat perusahaan-perusahaan China telah berinvestasi besar-besaran dalam fasilitas pemrosesan alias smelter.

"Di dunia yang terus berubah ini, ada banyak pesaing yang agresif dalam mengejar pangsa pasar dan teknologi yang membuka biaya pasokan yang lebih rendah," tambah Slattery.

"Pergeseran di pasar nikel menggambarkan kisah ini dengan sangat baik pada masa lalu," katanya. "Bagi BHP, hal ini mengakibatkan keputusan yang sulit, tetapi perlu untuk menangguhkan sementara operasi Western Australia Nickel kami."

Para pembuat kebijakan Australia, kata Slattery, perlu memastikan daya saing jangka panjang atau industri pertambangan negara tersebut berisiko kalah dari negara-negara dengan rezim royalti yang lebih rendah dan biaya penambangan yang lebih rendah.

Untuk diketahui, komentar Slattery dilontarkan saat perusahaan-perusahaan tambang Australia tengah menghadapi tekanan dari serikat pekerja yang menuntut kenaikan gaji bagi pekerja dan perubahan royalti batu bara di negara bagian Queensland yang berdampak pada pendapatan.

"Dampak manis pada pendapatan tidak akan membuat negara bagian menjadi lebih baik dalam jangka panjang jika investasi diarahkan ke tempat lain," katanya.

(wdh)

No more pages