Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), emas masih tersangkut di zona bearish. Tercermin dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 48,75. RSI di bawah 50 mengindikasikan suatu aset sedang dalam posisi bearish.
Sementara indikator Stochastic RSI ada di 14,41. Menempati area jual (short), dengan Stochastic RSI di bawah 20.
Akan tetapi, sepertinya ruang kenaikan harga emas masih terbuka. Target resisten ada di US$ 2.670/troy ons yang merupakan Moving Average (MA) 5. Sedangkan target paling optimistis adalah US$ 2.671/troy ons yang menjadi MA-50.
Adapun target support adalah US$ 2.647/troy ons. Jika tertembus, maka US$ 2.645/troy ons bisa menjadi target selanjutnya.
Ramalan 2025
Sementara itu, World Gold Council (WGC) telah merilis proyeksi terbaru seputar harga emas pada 2025. Lembaga itu memperkirakan harga emas tahun depan masih bisa naik, tetapi dengan laju yang melambat, tidak sekencang tahun ini.
Risiko perlambatan pertumbuhan ekonomi dan percepatan laju inflasi global rasanya akan mempengaruhi dinamika harga emas. Kemungkinan perang dagang yang dilancarkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan menyebabkan risiko tersebut, yang pada akhirnya menurunkan permintaan emas baik dari konsumen maupun dunia usaha.
“Semua mata tertuju kepada AS. Kepemimpinan Trump mungkin bisa meningkatkan kinerja ekonomi domestik, tetapi menimbulkan kecemasan di kalangan investor seluruh dunia,” tulis laporan WGC.
China, lanjut laporan WGC, juga bisa mempengaruhi harga emas dunia. Aksi borong oleh bank sentral PBoC menjadi faktor penting dalam kenaikan harga emas sejak 2023.
“Namun ini tergantung dari dampak langsung (dan tidak langsung) kondisi perdagangan, stimulus, dan persepsi risiko,” sambung laporan WGC,
Faktor utama yang akan suportif terhadap harga emas, tambah laporan WGC, adalah tren penurunan suku bunga global. Bank sentral AS, Eropa, dan berbagai negara lainnya kemungkinan akan melanjutkan pelonggaran kebijakan moneter tahun depan.
“Harga emas akan naik seiring suku bunga yang berkurang signifikan, penurunan tensi geopolitik, atau perkembangan kondisi pasar keuangan,” demikian laporan WGC.
(aji)