“Data lainnya yaitu data perdagangan Indonesia bulan November. Kecuali ada kejutan "dovish" dari the Fed dan data PCE AS yang lebih lemah, maka Rupiah diperkirakan masih akan cenderung tertekan pekan depan,” terang dia.
Pelemahan, prediksi Lukman, masih berada di area Rp16.000-an karena Bank Indonesia masih akan mengintervensi pasar.
Mengenai faktor yang mempengaruhi nilai rupiah di akhir tahun dan menjelang perayaan Hari Natal ini akan didominasi oleh faktor-faktor eksternal, diantaranya adalah keperkasaan AS, China, dan kondisi geopolitik di Timur Tengah dan perang di China.
“Walau data-data ekonomi domestik juga ikut mempengaruhi, namun tidak terlalu signifikan. Akhir tahun biasanya agak tenang atau minim data-data ekonomi, namun akan ada beberapa data dan even ekonomi penting minggu depan,” tutup dia.
Hari jumat (13/12/2024) lalu jadi periode perdana Rupiah tembus Rp16.002/US$ turun 0,5%. Pada kuartal terakhir 2024, Rupiah mengalami pelemahan lebih dari 5%.
Intervensi di pasar spot, pasar forward domestik serta pasar Surat Berharga Negara (SBN) yang dilakukan Bank Indonesia (BI), belum cukup mengangkat ‘pamor’ mata uang lokal tersebut.
(wep)