Logo Bloomberg Technoz

Para trader saat ini mengalihkan perhatian mereka ke keputusan suku bunga final Federal Reserve atau The Fed tahun ini, dengan mempertimbangkan data ekonomi terbaru dari AS.

Kurs mata uang negara berkembang melemah jelang pertemuan Fed akhir 2024.

Para analis di Nataxis memperkirakan laju pemangkasan yang lebih bertahap dan hati-hati dalam beberapa bulan mendatang, tidak hanya sebagai respons terhadap pertumbuhan dan inflasi, tetapi juga ketidakpastian seputar kebijakan-kebijakan Presiden terpilih Donald Trump, menurut sebuah catatan yang diterbitkan.

Minggu depan, mata uang Amerika Latin diperkirakan akan bereaksi lebih banyak terhadap komentar dari Gubernur The Fed Jerome Powell daripada keputusan suku bunga itu sendiri, karena penurunan 25 basis poin sebagian besar sudah diperhitungkan, kata Daniel Velandia, kepala ekonom di Credicorp Capital Colombia.

“Jika Powell meyakinkan pasar dalam pidatonya bahwa proses penurunan suku bunga akan terus berlanjut, kita pasti dapat melihat kinerja relatif yang lebih baik dari mata uang yang telah dihukum berat,” katanya.

Pasar Brasil telah terguncang karena Presiden Luiz Inacio Lula da Silva menjalani operasi otak darurat dan kenaikan suku bunga bank sentral yang hawkish gagal menenangkan trader. Mereka khawatir dengan masalah fiskal negara tersebut.

“Real Brasil menghadapi kondisi yang sangat buruk karena meningkatnya ketidakpastian seputar perlambatan fiskal dan risiko dominasi fiskal yang membayangi. Terlepas dari tantangan-tantangan ini, mata uang ini tetap bertahan,” kata Thierry Larose, manajer portofolio di Vontobel Asset Management di Zurich.

China

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi China. (Bloomberg)

Imbal hasil obligasi tenor 10 tahun China turun ke level terendah baru karena pemerintah mengisyaratkan lebih banyak pelonggaran, dan ekuitas di pasar domestik berada di zona merah pada hari Jumat, mendorong indeks ekuitas acuan EM turun 0,5% pada penutupan. Indeks ini masih mencatat kenaikan untuk minggu ini.

Sentimen pasar negara berkembang melemah setelah China’s Central Economic Work Conference berakhir tanpa output rinci kebijakan mengenai stimulus fiskal, bahkan ketika pihak berwenang berjanji untuk meningkatkan konsumsi.

China adalah negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia dan pertumbuhannya sering kali menentukan harga-harga komoditas. 

Sementara itu, kurs Rupiah Indonesia juga melemah terhadap dolar AS. Bank Indonesia (BI) mengisyaratkan bahwa mereka melakukan intervensi untuk mendukung mata uang lokal.

Won juga melemah terhadap dolar AS untuk hari kedua karena para trader menunggu hasil pemungutan suara pemakzulan terhadap Presiden Yoon Suk Yeol yang diharapkan pada hari Sabtu.

Di pasar kredit, Sri Lanka mendapatkan dukungan yang luas dari para kreditor swasta untuk merestrukturisasi obligasi internasionalnya, sebuah langkah penting bagi negara ini untuk keluar dari default yang berkepanjangan.

(bbn)

No more pages