Head of Research & Strategy JP Morgan Henry Wibowo menilai, kondisi rupiah, terutama dalam situasi saat ini, memiliki efek besar terhadp IHSG. Kondisi rupiah bahkan bisa menjadi faktor utama bear case untuk pergerakan IHSG tahun depan. IHSG bisa saja menyentuh 6.500 yang merupakan bear case dari JP Morgan.
"Skenario ini bisa saja terjadi jika rupiah melemah hingga ke kisaran Rp17.000/dolar AS, tingginya inflasi dan terus menurunnya daya beli masyarakat," jelas Henry dalam riset, dikutip Minggu (15/12/2024).
Henry sejatinya memasang sikap base case untuk IHSG sepanjang 2025. Target base case IHSG tahun depan ada di level 7.900, mempertimbangkan transisi pemerintahan yang terbilang mulus.
"Kami meyakini pemerintahan baru akan membawa kelanjutan kebijakan yang lebih baik dari pemerintahan sebelumnya, terutama dalam roadmap Indonesia Emas 2045," ujar Henry.
Namun, tidak bisa dipungkiri, ketidakpastian usai pemilu di AS memang memberikan tantangan untuk pasar di Indonesia. Sikap higher for longer, ditambah dengan potensi perang tarif (Trade War 2.0) menyebabkan reli kurs dolar AS.
Menguatnya dolar AS memberikan dampak negatif untuk negara yang memiliki defisit neraca transaksi berjalan seperti Indonesia.
"Namun, pertumbuhan ekonomi yang lebih dari 50% -nya ditopang oleh konsumsi rumah tangga membuat prospek ekonomi Indonesia relatif lebih kuat dibanding peers di kawasan regional," jelas Henry.
"Indonesia mendapat rating overweight. Bursa saham RI saat ini ditransaksikan dalam posisi forward price to earning ratio (PER) 12 kali, level yang kami yakini menarik mempertimbangkan pertumbuhan earning per share (EPS) 10% dan rata-rata yield dividen 5%."
IHSG bisa saja menyentuh level 8.400 hingga akhir 2025. Ini merupakan bull case untuk tahun depan.
Namun, mempertimbangkan kebijakan politik ditambah situasi yang juga masih penuh tantangan saat ini, prospek positif hanya terlihat untuk sektor keuangan, konsumer dan properti.
Sementara, sektor batu bara dan pendukungnya, serta sektor industri dan otomotif diperkirakan memberatkan pertumbuhan EPS. Sehingga, base case target IHSG 7.900 untuk saat ini masih menjadi opsi paling logis.
Bull case juga hanya bisa terjadi jika rupiah menguat hingga ke level Rp15.000/dolar AS, perbaikan neraca transaksi berjalan yang melampaui perkiraan, serta kuatnya aliran investasi asing dan kuatnya konsumsi rumah tangga.
(red)