“Sepanjang situs e-commerce bisa mempertahankan konsumennya, tidak harus selalu dengan insentif, maka ini [penambahan biaya langganan] justru bisa membantu kinerja perusahaan,” kata Eddi saat berbincang dengan Bloomberg Technoz.
Pernyataan ini disampaikan merespons pertanyaan dari Bloomberg Technoz terkait munculnya tambahan biaya jasa aplikasi saat berbelanja di Tokopedia sebesar Rp3.000 per transaksi.
Inovasi dari e-commerce mulai tampak, sebagai alternatif agar pelanggan tetap loyal berbelanja di platform mereka meski ada kenaikan biaya tambahan. E-commerce mulai fokus pada customer engagement, seperti gamification, quiz dalam format live shopping.
“Apabila si konsumen sudah menjadi fans dari situs tertentu, sepanjang insentif yang hilang atau biaya tambahannya bisa diterima oleh psikologi konsumennya, maka konsumennya tidak akan pindah,” papar Eddi yang juga menjabat Chief Executive Officer (CEO) BNI Ventures ini.
PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) dan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) telah menyatakan sedang mengejar profitabilitas hingga akhir tahun ini. Demi menyehatkan kinerja keuangan perusahaan, sejumlah langkah diupayakan Bukalapak, seperti improvement supply, hingga mendiversifikasi produk, kata Teddy Oetomo, Presiden Bukalapak Kamis kemarin.
Sementara, Direktur Utama GOTO Andre Soelistyo, perseroan sejak awal tahun sudah mencanangkan langkah menuju profitabilitas. Salah satu caranya adalah ketat dalam pengelolaan beban, dimana salah satunya adalah pemangkasan biaya insentif dan pemasaran.
“Pada kuartal pertama kami terus melangkah menuju profitabilitas dalam jangka panjang,” tulis Andre.
Pada pos biaya insentif dan pemasaran telah terjadi penurunan 39% secara konsolidasi menjadi Rp2,6 triliun pada kuartal I-2023. “Perseroan juga menjalankan strategi untuk memprioritaskan pelanggan profitabel, yang tidak bergantung pada penggunaan insentif, promo dan diskon,” papar dia.
Lini bisnis e-commerce GOTO mencatatkan gross transaction value (GTV) atau nilai transaksi bruto sebesar Rp62,8 triliun. Kontribusi GTV Tokopedia terbesar kedua setelah lini fintech, yang mencapai Rp91,52 triliun, disusul dengan on-demand services seperti Gojek, Rp13,73 triliun.
Analis Infovesta Kapital Advisori, Arjun Ajwani sebelumnya memaparkan, menghasilkan profit adalah tantangan terbesar perusahaan teknologi tahun ini. Mereka harus menemukan cara tetap bertahap tanpa suntikan dana lewat efisiensi biaya operasi.
Diketahui secara bersamaan dunia tengah mengalami funding crunch, efek guncangan industri keuangan global yang dipicu banyaknya gagal bayar perbankan di Amerika Serikat (AS). Hal ini membuat pemodal ventura dan bank menahan memberi pendanaan atau pinjaman kepada startup.
(wep)