Logo Bloomberg Technoz

Indeks dolar AS pun akhirnya menjadi buruan lagi sebagai safe haven di tengah ketidakpastian yang mulai meningkat. Indeks yang mengukur kekuatan dolar AS di hadapan enam mata uang utama dunia sempat menyentuh level 107,18 hari ini.

Lonjakan imbal hasil investasi di negeri Paman Sam, mendorong dana pemodal keluar dari pasar domestik. Modal global bergerak mengurangi posisi di aset berisiko seperti di emerging market Indonesia, memburu safe haven.

Alhasil, harga obligasi negara RI turut tertekan. Yield obligasi negara di pasar surat utang domestik turut terkerek naik. Yield SBN tenor 1Y naik ke 7,00%, ketika tenor 2Y juga naik di kisaran lebih rendah, di level 6,98%. Adapun tenor menengah 5Y bertengger di 6,93%. Tenor acuan 10Y juga makin tinggi di 7,02%.

Tekanan jual bukan cuma terjadi di pasar surat utang. Di pasar saham, sejak pagi terlihat para investor terus melepas saham-saham terutama sektor perbankan. IHSG akhirnya ditutup melemah 0,94% di level 7.324. 

Saham-saham bank besar menjadi pemberat indeks, seperti BBRI, BMRI, BBCA, BBNI.

Selain itu, beberapa saham konglomerasi seperti TPIA, AMMN, BYAN juga BRMS juga terjebak zona merah hingga menekan indeks turun semakin dalam.

Investor asing mencatat net sell senilai Rp1,39 triliun hari ini. Sepekan terakhir, net sell asing melompat jadi US$168,7 juta, sekitar Rp2,7 triliun. IHSG tergerus 0,79% sepekan terakhir. 

Pelemahan IHSG berlangsung tak sendiri. Mayoritas bursa di Asia hari ini juga merah. Nikkei ambles 0,98%, Hang Seng Hong Kong bahkan turun 2,01% dan CSI 300 Tiongkok tergerus hingga 2,37%.

Sementara di Asia Tenggara, pelemahan IHSG terjadi bersama bursa Filipina yang turun 0,37%, bursa Thailand 0,57%. Adapun bursa saham Malaysia masih hijau dengan kenaikan 0,42%.

Intervensi BI

Tekanan rupiah yang sudah terjadi sejak awal perdagangan, telah mendorong Bank Indonesia mengintervensi pasar secara cukup berani ke pasar forward domestik, pasar spot valas dan pasar SBN.

Bank Indonesia berupaya menenangkan pasar agar tidak kehilangan kepercayaan dengan melakukan intervensi di tiga titik sekaligus yakni di pasar spot, pasar forward dan pasar obligasi negara.

"Kami masuk ke pasar dengan intervensi yang cukup berani," kata Direktur Eksekutif Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia Edi Susianto, dilansir dari Bloomberg News.

Edi sebelumnya mengatakan, BI akan terus mengawal pergerakan rupiah agar market confidence tetap terjaga. "Kondisi kecukupan cadangan devisa juga masih dalam kondisi yang terjaga," kata Edi.

Menurutnya, pelemahan rupiah belakangan masih cukup terkendali di tengah eskalasi geopolitik di Asia Timur yakni antara China versus Taiwan, ditambah perkembangan ekonomi AS yang terlihat masih resilien. Resiliensi ekonomi terbesar di dunia itu memperkecil harapan pelonggaran bunga The Fed.

Selain itu, dari dalam negeri, terjadi juga tekanan permintaan dolar AS yang meningkat dari salah satu BUMN sebulan terakhir.

"Dalam situasi seperti itu, sebetulnya pelemahan rupiah masih dalam kondisi yang terkendali. Supply valas dr para eksportir pun terlihat masih sangat support," jelas Edi, pagi sebelum pasar dibuka.

Asing terus lepas SRBI

Hari ini, BI juga menggelar lelang Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Mengutip dokumen lelang, BI menjual SRBI makin banyak yaitu hingga Rp20 triliun ketika terjadi kenaikan penawaran masuk di pasar perdana.

Nilai penjualan SRBI oleh bank sentral tersebut lebih tinggi 34% dibanding sebelumnya yang sebesar Rp14,9 triliun. 

Incoming bids dalam lelang mencapai Rp33,82 triliun, naik 7,22% dibanding lelang pekan sebelumnya. Para investor meminta yield lebih tinggi seiring dengan perkembangan di pasar sekunder.

Agresivitas BI dalam menjual SRBI demi menarik dana asing berlangsung di kala arus keluar dana dari instrumen itu seolah tak terjeda. Pada November lalu, lebih dari Rp18 triliun dana asing hengkang dari SRBI.

Memasuki Desember, penjualan SRBI oleh nonresiden juga belum terhenti meski menurut data terakhir terlihat makin mengecil. Sesuai laporan BI hari ini, pada periode transaksi 9-12 Desember, asing membukukan posisi jual bersih senilai Rp200 miliar di SRBI.

-- update posisi net sell asing di pasar saham dan transaksi di SRBI.

(rui/ain)

No more pages