Membandingkan lelang sebelumnya, kisaran itu sedikit lebih tinggi. Pekan lalu, bunga diskonto diminta investor ada di kisaran 7,15%-7,40% dengan rata-rata tertimbang 7,266%. Untuk tenor favorit ini, nilai penawaran masuk mencapai Rp26,03 triliun.
Kenaikan yield diminta terlihat lebih signifikan untuk tenor lebih pendek yaitu SRBI-9 bulan yang mencatat rata-rata bunga tertimbang 7,211% dibanding 7,168%. Untuk seri ini, nilai penawaran masuk mencapai Rp2,55 triliun.
BI akhirnya memenangkan penawaran masuk dengan tingkat bunga diskonto sebesar 7,24% untuk tenor 12 bulan, naik sedikit dibanding lelang sebelumnya di 7,23%.
Untuk tenor 9 bulan dan 6 bulan, masing-masing dimenangkan di 7,16% dan 7,13%.
Penjualan terbanyak tetap untuk SRBI-12 bulan senilai Rp15 triliun, lalu tenor 9 bulan sebesar Rp800 miliar dan tenor 6 bulan dijual Rp4,2 triliun.
Rupiah berpotensi membukukan pelemahan mingguan hingga 1% akibat tekanan pasar global yang telah melambungkan pamor dolar AS. Asing terus melepas posisi di pasar saham, terutama saham-saham perbankan.
Sementara di pasar surat utang RI, yield terus terkerek naik mencerminkan tekanan jual yang menurunkan harga obligasi negara. Pada siang ini, yield 1Y sudah di 7,00%, segaris dengan tenor 10Y yang juga di level sama.
Rupiah menyentuh level Rp15.944/US$ pada pukul 11:19 WIB di pasar spot. Sedangkan di pasar forward, rupiah sudah diperdagangkan di kisaran Rp16.012/US$ pada tengah hari ini untuk kontrak NDF-1 minggu. Sementara NDF-1 bulan bergerak di kisaran Rp16.034/US$.
Bank Indonesia berupaya menenangkan pasar agar tidak kehilangan kepercayaan dengan mengguyur intervensi di tiga titik yakni di pasar spot, pasar forward dan pasar obligasi negara.
"Kami memasuki pasar dengan tiga intervensi yang cukup berani," kata Direktur Eksekutif Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia Edi Susianto, dilansir dari Bloomberg News, siang ini.
Edi mengatakan, BI akan terus mengawal pergerakan rupiah untuk menjaga market confidence. "Kondisi kecukupan cadangan devisa juga masih dalam kondisi yang terjaga," kata Edi.
Menurutnya, pelemahan rupiah belakangan masih cukup terkendali di tengah eskalasi geopolitik di Asia Timur yakni antara China versus Taiwan, ditambah perkembangan ekonomi AS yang terlihat masih resilien.
Selain itu, ada juga tekanan dari permintaan dolar AS yang meningkat dari salah satu BUMN sebulan terakhir.
"Dalam situasi seperti itu, sebetulnya pelemahan rupiah masih dalam kondisi yang terkendali. Supply valas dr para eksportir pun terlihat masih sangat support," jelas Edi, pagi sebelum pasar dibuka.
Selama November lalu, pemodal asing telah melepas kepemilikan di SUN sekitar Rp13,07 triliun. Itu menjadi kali pertama posisi net sell asing di SBN setelah enam bulan beruntun mencetak net buy.
Sedangkan di pasar saham asing juga telah melepas sekitar Rp16,81 triliun. Sementara instrumen bank sentral yakni Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) juga telah banyak dilepas asing mencapai sebanyak Rp18,47 triliun pada November.
Sedangkan Sekuritas Valas (SVBI) serta Sukuk Valas (SUVBI) nilai penjualan asing mencapai Rp7,45 triliun. Alhasil, selama November lalu, total nilai arus keluar modal asing mencapai Rp55,8 triliun.
Posisi cadangan devisa selama November terkuras US$1,03 miliar menjadi US$150,2 miliar. Dengan kurs saat ini, nilai penurunan itu setara dengan Rp16,47 triliun.
(rui/aji)