Pelaku pasar mendapati data inflasi harga grosir lebih tinggi ketimbang ekspektasi pada November. Walau tidak terlalu memupus harapan penurunan bunga Federal Reserve pada FOMC Desember pada pekan depan, akan tetapi laju pelonggaran moneter AS tahun depan mungkin akan terjegal.
Lanskap itu menekan rupiah di pasar forward. Pada penutupan bursa New York, rupiah NDF-1M ditutup melemah di Rp15.977/US$, sejengkal lagi mendekati level psikologis di Rp16.000/US$. Pagi ini, rupiah forward bergerak di Rp15.981/US$.
Pada pembukaan pasar Asia pagi ini, mayoritas mata yang di kawasan tertekan oleh dolar AS. Baht memimpin pelemahan dengan penurunan 0,13%. Ringgit juga melemah 0,09%, won 0,07%, yen tertekan juga di kisaran sama, dolar Hong Kong dan dolar Singapura bergerak sedikit turun 0,01%.
Amerika melaporkan, inflasi harga grosir pada November sebesar 0,4% month-on-month, melampaui prediksi pasar dan angka bulan sebelumnya 0,02%. Secara tahunan, inflasi grosir juga lebih tinggi dari prediksi di 3,4%.
Namun, inflasi PPI di luar kelompok makanan dan energi (inflasi inti) tercatat lebih rendah dari bulan lalu yaitu 0,2% dan sesuai prediksi pasar. Sementara inflasi inti PPI di luar harga makanan, energi dan perdagangan, tercatat lebih rendah yaitu 0,1% dari bulan sebelumnya 0,3%. Angka itu juga lebih kecil ketimbang prediksi pasar.
AS juga melaporkan klaim pengangguran awal naik mencapai 242.000 klaim, lebih tinggi ketimbang ekspektasi. Klaim pengangguran lanjutan mencapai 1,89 juta, lebih tinggi ketimbang prediksi pasar.
Data ekonomi AS yang dirilis Kamis dinilai memberikan gambaran yang campur aduk tentang kondisi ekonomi AS. Klaim pengangguran mingguan naik lebih tinggi dari perkiraan, sementara data inflasi produsen menunjukkan hasil yang bervariasi, salah satunya kenaikan karena lonjakan harga telur.
“Dengan harga telur yang tinggi berkontribusi pada kenaikan indeks harga produsen, trader mungkin lebih fokus pada lonjakan klaim pengangguran,” menurut Chris Larkin dari E*Trade, dilansir dari Bloomberg News. Meskipun data ketenagakerjaan masih kuat, "The Fed sensitif terhadap tanda-tanda pelemahan pasar tenaga kerja."
Dari dalam negeri, sentimen dari kondisi terakhir keuangan negara mungkin akan semakin membebani pasar surat utang RI.
Menurut perhitungan Mega Capital Sekuritas, defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dalam 12 bulan terakhir [TTM] telah mencapai -3,1% dari Produk Domestik Bruto pada November lalu.
Angka itu telah melanggar batas legal sebesar -3% yang ditetapkan oleh Undang-Undang Nomor 17/2023 tentang Keuangan Negara. Sementara itu, penggunaan Saldo Anggaran Lebih berada pada jalur menuju Rp150 triliun.
"Bulan madu telah berakhir bagi Pemerintahan Prabowo. Menurut kami, penurunan peringkat [investasi] adalah sebuah kemungkinan yang nyata saat ini. Pemerintah harus bertindak tegas sebelum terlambat," kata Macro and Fixed Income Strategist Mega Capital Sekuritas Lionel Priyadi dalam catatannya, Kamis sore.
(rui)