Meskipun tidak ada komitmen yang kuat, penurunan biaya pinjaman secara berturut-turut diperkirakan akan berlanjut hingga pertengahan 2025. Pasalnya ekonomi Eropa yang sudah lesu mengalami pergolakan politik di Jerman dan Prancis, ditambah potensi guncangan pada perdagangan global akibat kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih.
Kekhawatirannya adalah bahwa pertumbuhan di bawah standar akan menyeret inflasi — saat ini 2,3% — di bawah target, mengingatkan kembali era pra-Covid ketika fokus lebih pada peningkatan harga daripada menahannya.
Proyeksi triwulanan baru dari ECB, yang diterbitkan Kamis, mencerminkan latar belakang yang rapuh, merevisi ke bawah prospek ekspansi ekonomi dan inflasi tahun depan.
Gubernur ECB Christine Lagarde akan menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang keputusan ECB dalam konferensi pers pukul 14.45 di Frankfurt.
Dia bukan satu-satunya gubernur bank sentral yang mengawasi penurunan suku bunga. Sebelumnya pada Kamis, Swiss National Bank mengikuti keputusan Bank of Canada pada Rabu yang memangkas sebesar 50 basis poin.
Sementara itu, Federal Reserve (The Fed) mungkin akan melakukan hal yang sama minggu depan setelah data yang dirilis Rabu (11/12/2024) menunjukkan inflasi AS untuk November sesuai dengan ekspektasi.
Menjelang pertemuan ECB minggu ini didominasi oleh kekhawatiran akan prospek Eropa. Sementara pertumbuhan secara tak terduga meningkat pada kuartal ketiga, data terbaru mengisyaratkan kemerosotan, khususnya di sektor jasa, yang hampir sepanjang tahun ini mengimbangi pelemahan jangka panjang di kalangan para produsen.
Hal ini memicu perdebatan terkait seberapa jauh ECB harus menurunkan biaya pinjaman, dan seberapa efektif pelonggaran moneter tersebut pada saat banyak tantangan yang dihadapi oleh blok beranggotakan 20 negara ini — seperti kekurangan tenaga kerja dan biaya energi yang lebih tinggi — bersifat struktural.
Para ekonom memandang suku bunga akan stabil pada 2%, sementara para investor memprediksi kampanye yang lebih agresif akan membuat suku bunga tetap pada 1,75%. Jika pasar benar, hal ini mungkin akan mengakibatkan kebijakan berubah menjadi stimulatif dengan turun di bawah level yang disebut level netral.
Fabio Panetta dari Italia dan Francois Villeroy de Galhau dari Prancis tidak mengesampingkan kemungkinan memasuki wilayah yang lebih luas. Namun, anggota Dewan Eksekutif Isabel Schnabel dan Gubernur Bundesbank Joachim Nagel telah memperingatkan agar tidak bertindak terlalu jauh.
(bbn)