Logo Bloomberg Technoz

Meskipun Trump tidak mungkin mengubah banyak hal pada produksi minyak AS, minyak mentah akan mengalami tekanan dari pertumbuhan pasokan non-OPEC yang kuat. ING memperkirakan Brent merosot ke rata-rata US$71 per barel tahun depan, dari level saat ini sekitar US$74.

Sementara itu, kilang-kilang ekspor LNG AS yang baru kemungkinan akan meningkatkan permintaan dan harga domestik, sekaligus memungkinkan Eropa mengimbangi suplai Rusia dengan lebih mudah. Sehingga, mengarah pada penurunan harga gas alam di wilayah ini dengan asumsi musim dingin yang normal.

Emas akan melanjutkan rekor beruntun tahun ini karena kekhawatiran geopolitik, kata ING, di mana harga rata-ratanya mencapai US$2.760 per ons pada tahun 2025 dari level saat ini sekitar US$2.713.

Sebagian besar pembelian akan datang dari bank sentral yang ingin mendiversifikasi cadangan devisa mereka. Sementara peningkatan perdagangan dan gesekan geopolitik bisa menambah daya tarik emas batangan sebagai aset safe haven.

Prospek logam industri lebih suram, di mana pergerakan perdagangan, potensi perubahan undang-undang iklim Biden, dan permintaan China yang semuanya kemungkinan akan berperan, kata ING.

Harga tembaga ditetapkan mencapai rata-rata US$8.900 per ton pada tahun 2025, dibandingkan dengan level saat ini di atas US$9.200. Biji-bijian kemungkinan akan menjadi target utama dalam setiap perselisihan dagang. Sementara masalah cuaca terus menekan komoditas lunak, di mana harga kakao dan kopi akan berfluktuasi lebih lanjut tahun depan.

(bbn)

No more pages