Logo Bloomberg Technoz

Sementara itu, saham-saham perindustrian, dan saham properti juga melemah dengan tertekan 0,69%, dan 0,63%.

Sementara Bursa Saham Asia lainnya justru kompak menapaki jalur hijau. Pada pukul 12.30 WIB, kenaikan tertinggi dialami oleh NIKKEI 225 (Tokyo) menguat mencapai 1,58%, menyusul Hang Seng (Hong Kong) melesat 1,48%, KOSPI (Korea Selatan) meninggi 1,22%, TOPIX (Jepang) melesat dengan kenaikan 1,01%, TW Weighted Index (Taiwan) menguat 0,71%, CSI 300 (China) melejit 0,61%, Shenzhen Comp. (China) menguat 0,52%, Shanghai Composite (China) meninggi 0,51%, Ho Chi Minh Stock Index (Vietnam) terapresiasi 0,39%, Straits Time (Singapura) menguat 0,36%, SETI (Thailand) menghijau 0,35%, KLCI (Malaysia) menguat 0,13%, dan PSEI (Filipina) menguat 0,12%.

Bursa Saham Hang Seng China (Bloomberg)

Sementara itu di sisi berseberangan, hanya ada SENSEX (India) yang merah 0,04% dan IHSG (Indonesia) yang drop mencapai 0,82%.

Bursa Saham Asia berhasil bergerak lebih baik dari yang terjadi di Bursa Saham Amerika Serikat. Pada perdagangan semalam, tiga indeks utama di Wall Street ditutup bervariasi (mixed).

Dow Jones Industrial Average, finish di zona merah dengan melemah 0,22%. Sementara, Nasdaq Composite dan S&P 500 berhasil finis di zona hijau, dengan menguat mencapai 1,22% dan 0,82%.

Sentimen pada perdagangan hari ini utamanya datang dari global. Inflasi Harga Konsumen AS yang terbit semalam berhasil rilis sesuai dengan yang diharapkan pasar. Data ini memperkuat ekspektasi bahwa Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan memangkas suku bunga acuan minggu depan.

Seperti yang diwartakan Bloomberg News, investor meyakini Bank Sentral AS akan menurunkan biaya pinjaman sebesar seperempat poin persentase minggu depan setelah laporan baru menunjukkan inflasi pada November sesuai ekspektasi. 

Trader meningkatkan probabilitas mencapai 98% mencerminkan The Fed akan memangkas suku bunga minggu depan, melejit dari 80% sebelum laporan inflasi dirilis.

Probabilitas Federal Funds Rate pada Rapat Desember 2024 (Sumber: CME FedWatch)

“Desember tampaknya sudah pasti, dan The Fed bukan bank sentral yang suka mengejutkan pasar,” kata James Athey, Manajer Portofolio di Marlborough Investment Management.

“Data inflasi ini memberikan lampu hijau bagi Federal Reserve untuk memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan Desember, karena data ini membantu mengonfirmasi bahwa kita masih membuat kemajuan dalam pengendalian inflasi meskipun tetap tinggi,” jelas Skyler Weinand, Kepala Investasi di Regan Capital.

Tim Research Phillip Sekuritas juga memaparkan, investor mengantisipasi rilis data Inflasi AS (CPI pada Rabu dan PPI pada Kamis) yang dapat mempengaruhi keputusan suku bunga Bank Sentral AS (Federal Reserve).

Investor berharap kedua data ini akan menambah banyak bukti Ekonomi AS sedang mengalami soft-landing sehingga memperkuat alasan bagi Federal Reserve untuk memangkas suku bunga minggu depan.

Analis Phintraco Sekuritas juga memaparkan, setelah rilis data inflasi Harga Konsumen AS, saat ini pasar menantikan data inflasi dari sisi produsen di November 2024 yang diperkirakan akan meningkat menjadi 2,60% yoy dari sebelumnya 2,40% yoy.

“Kombinasi dua data inflasi baik dari sisi produsen maupun konsumen akan menjadi perhatian utama The Fed dalam merumuskan kebijakan suku bunga pada pertemuan minggu depan,” mengutip riset Phintraco.

(fad/red)

No more pages