Amblesnya IHSG yang begitu dalam merupakan efek secara langsung dari turunnya sejumlah saham Big Caps. Berikut diantaranya berdasarkan data Bloomberg.
- Bank Central Asia (BBCA) menekan 11,37 poin
- Bank Mandiri (BMRI) menekan 10,99 poin
- Bank Rakyat Indonesia (BBRI) menekan 9,11 poin
- Telkom Indonesia (TLKM) menekan 7,91 poin
- Astra International (ASII) (ASII) menekan 6,53 poin
- GoTo Gojek Tokopedia (GOTO) menekan 4,53 poin
- Bank Negara Indonesia (BBNI) menekan 4,04 poin
- Alamtri Resources Indonesia (ADRO) menekan 1,82 poin
- Indofood Sukses Makmur (INDF) menekan 1,55 poin
- Sarana Menara Nusantara (TOWR) menekan 1,53 poin
Adapun saham-saham keuangan juga jadi pendorong pelemahan IHSG, saham PT Clipan Finance Indonesia Tbk (CFIN) drop 9,68% dan saham PT Panin Financial Tbk (PNLF) juga terjebak di zona merah dengan ambles 5,42%.
Disusul oleh pelemahan saham PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) yang terjun bebas 3,35%, saham PT BFI Finance Tbk (BFIN) anjlok 2,58%, dan saham PT Bank Jago Tbk (ARTO) yang melemah 0,88%.
Ambrolnya IHSG siang hari ini terseret sentimen depresiasi rupiah. Rupiah kembali lesu di hadapan dolar Amerika Serikat.
Pada pukul 11.:0 WIB, US$ 1 setara dengan Rp15.947. Rupiah melemah 0,2%.
Bahkan pagi tadi, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dibuka langsung anjlok, sejak pembukaan perdagangan pasar spot, Kamis (12/12/2024) saat sebagian mata uang Asia masih berhasil menguat.
Sentimen pasar global masih menjadi beban utama pasar keuangan RI. Tadi malam usia rilis data inflasi CPI Amerika Serikat, menyisakan kegelisahan sebagian pelaku pasar akan prospek suku bunga acuan Federal Reserve, Bank Sentral AS, ke depan.
Ekonom Bloomberg Economics menilai, angka inflasi inti CPI yang kuat pada November akan memicu kekhawatiran di kalangan minoritas dalam rapat Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC) ‘disinflasi telah terhenti.’
Ketidakpastian pasar juga muncul dari rilis data defisit fiskal AS. Pemerintah AS melansir Federal Budget Balance di mana angka defisit pada November lebih tinggi ketimbang ekspektasi pasar.
Angka defisit tersebut mencapai US$366,8 miliar, lebih tinggi daripada bulan sebelumnya US$314 miliar dan melampaui ekspektasi pasar yang memperkirakan sebesar US$356,5 miliar.
Sentimen bearish yang berlanjut di pasar Treasury membuat dolar AS jadi incaran. Indeks dolar AS ditutup naik 0,29% kemarin di kisaran 106,71 hingga menekan nilai tukar rupiah.
(fad/aji)